:strip_exif():quality(75)/medias/734/735b16decfa546b5866804210f2c6ca6.jpeg)
Orangtua sering kali bersikap overprotektif karena ingin melindungi anak dari kesulitan. Mereka percaya bahwa dengan menciptakan lingkungan yang aman dan menghilangkan tantangan, anak akan tumbuh dengan baik. Namun, menurut Psikolog Anak dan Keluarga, Samanta Elsener, orangtua sering lupa bahwa anak perlu belajar menghadapi masalah.
"Anak perlu mengalami tantangan untuk mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri," ujarnya. Dengan selalu menyelesaikan masalah anak dan tidak memberikan kesempatan untuk eksplorasi, orangtua justru menghalangi proses belajar anak. "Terlalu banyak melindungi anak tanpa memberikan ruang untuk kemandirian dapat membuat anak menjadi manja," jelas Samanta.
Dampak dari sikap overprotektif ini bervariasi, tetapi dapat menyebabkan anak merasa kurang percaya diri. Ketika orangtua selalu mengambil alih penyelesaian masalah, anak tidak merasa mampu menghadapi tantangan. Padahal, menyelesaikan masalah sendiri dapat meningkatkan rasa percaya diri anak.
Anak yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan lebih berani menghadapi kesulitan dan mengambil keputusan. Mereka juga cenderung lebih baik dalam bersosialisasi. Sebaliknya, anak yang kurang percaya diri akan meragukan kemampuan diri mereka, yang dapat menghambat potensi mereka untuk berkembang. Hal ini dapat menyebabkan anak takut mengambil keputusan dan terus bergantung pada orangtua, bahkan menjadi kurang mampu bersosialisasi.
Penting bagi orangtua untuk memberikan ruang bagi anak untuk belajar dan tumbuh melalui pengalaman mereka sendiri. Dengan demikian, anak dapat mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan hidup.