Panduan Penanganan Dermatitis Atopik pada Anak

Kamis, 26 September 2024 02:39

Artikel ini memberikan informasi penting tentang dermatitis atopik, termasuk penyebab, dampak, dan langkah-langkah yang dapat diambil orangtua untuk membantu anak mengelola eksim.

© copyright Mikhail Maslov - Pexels

Dermatitis Atopik: Panduan untuk Penanganan Eksim pada Anak

Dermatitis atopik, atau eksim, adalah penyakit kulit inflamasi kronis yang umum terjadi pada anak-anak dan dapat berlanjut hingga dewasa. Kondisi ini menyebabkan rasa gatal dan nyeri yang signifikan di berbagai area tubuh, termasuk wajah, lipatan tangan dan kaki, serta area intim. Menurut dr. Srie Prihianti G, Sp.DVE Subsp.DA, PhD, FINSDV, FAADV, ketidaknyamanan ini dapat mengganggu kualitas hidup anak, mengurangi waktu tidur, dan memengaruhi kemampuan bersosialisasi serta belajar. "Jika anak terganggu saat tidur, mereka tidak akan belajar dengan baik di sekolah karena mengantuk dan sulit berkonsentrasi," ungkapnya dalam acara "Cerave Skin Chat: World Atopic Eczema Day 2024".

Risiko dan Penanganan Eksim

Eksim tidak hanya memengaruhi kulit, tetapi juga dapat berdampak pada paru-paru dan rongga hidung, berpotensi menyebabkan peradangan baru. "Jika tidak ditangani dengan baik, eksim dapat berlanjut dan menimbulkan masalah kesehatan lain, seperti rinitis alergi yang menyebabkan bersin di pagi hari, serta asma yang mengakibatkan sesak napas," jelas dr. Srie. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk segera menangani gejala eksim pada anak.

Berikut adalah lima hal penting yang perlu diperhatikan orangtua dalam menangani eksim:

1. Edukasi

Edukasi adalah kunci untuk merawat anak dengan eksim. Hal ini penting agar semua pengasuh, termasuk nanny atau perawat, memahami cara merawat anak dengan benar. "Penting untuk menjelaskan hal-hal sederhana, seperti suhu air mandi yang tepat, cara mengoleskan pelembap, dan kapan menggunakan obat," jelas dr. Srie.

2. Identifikasi Penyebab Eksim

Eksim dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk genetik, kerusakan sawar kulit, respons imun, dan lingkungan. "Cuaca, suhu, kelembapan, polusi, dan perubahan iklim dapat memicu kekambuhan eksim," tambahnya. Oleh karena itu, orangtua perlu menyelidiki pemicu eksim pada anak untuk penanganan yang lebih tepat.

3. Pemulihan Fungsi Sawar Kulit

Memperbaiki sawar kulit adalah langkah dasar dalam terapi eksim. "Jika sawar kulit tidak diperbaiki dengan pelembap, terapi yang dilakukan hanya bersifat sementara," ungkap dr. Srie. Setelah menghentikan penggunaan krim, kulit anak bisa kembali meradang dalam beberapa hari. Oleh sebab itu, penting untuk memilih pelembap yang sesuai.

4. Menghilangkan Inflamasi

Inflamasi dapat diatasi dengan obat yang diresepkan dokter. Namun, orangtua harus berhati-hati agar pengobatan tidak bersifat sementara. "Seringkali, orangtua merasa puas setelah kulit anak terlihat pulih dan berhenti menggunakan obat, padahal ini dapat memicu peradangan kembali," jelasnya. Pengobatan harus terus dipantau oleh dokter.

5. Pengendalian Rasa Gatal

Saat eksim meradang, menggaruk dapat merusak sawar kulit lebih lanjut. Oleh karena itu, penting bagi orangtua dan pengasuh untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi pemicu rasa gatal. "Tugas pengasuh cukup berat dalam masa atopik ini, karena mereka harus memperhatikan pakaian, ventilasi ruangan, dan faktor lainnya," tutup dr. Srie.

Dengan memahami dan menerapkan langkah-langkah ini, orangtua dapat membantu anak mereka mengelola eksim dengan lebih baik.

Artikel terkait

5 Makanan Alami untuk Mengurangi Kantong Mata Hitam
Tetes Garam Nasal: Solusi Efektif untuk Mengurangi Durasi Flu pada Anak
Pentingnya Mengawasi Kadar Kolesterol pada Anak
Cara Memuji Anak agar Percaya Diri dan Rendah Hati
Memahami Eksim: Panduan Perawatan Kulit yang Efektif
Minuman Hangat Alami untuk Meredakan Migrain
Manfaat Tersembunyi Kulit Kiwi untuk Kesehatan
Manfaat dan Keamanan Minum Air Kelapa Setiap Hari
Makanan dan Suplemen Alami untuk Meningkatkan Libido
Panduan Aman Naik Pesawat untuk Ibu Hamil
Hubungan Ngupil dan Risiko Penyakit Alzheimer
Faktor Lingkungan dan Risiko Infertilitas: Temuan dari Studi di Denmark