:strip_exif():quality(75)/medias/417/b972e29c5c0d51d95e8fcdffea08c331.jpeg)
Jakarta - Beberapa waktu lalu, NASA menjadi viral di media sosial setelah muncul unggahan yang mengklaim lembaga antariksa Amerika Serikat tersebut menemukan bukti bahwa Matahari dapat terbit dari barat. Unggahan yang beredar di Facebook dalam bahasa Thailand ini telah dibagikan lebih dari 15 ribu kali sejak 14 Januari 2021.
Teks viral tersebut menyebutkan, "NASA mengonfirmasi kemungkinan Matahari terbit dari barat. Bumi berputar ke arah yang berlawanan, yang menyebabkan Matahari terbit dari sisi barat!" Selain itu, unggahan itu juga menyatakan bahwa para peneliti percaya kita sedang bergerak menuju pembalikan medan magnet yang dapat mengarah pada akhir umat manusia.
Menanggapi klaim tersebut, NASA mengklarifikasi bahwa mereka tidak pernah memprediksi Matahari akan terbit dari barat. "Baik NASA maupun organisasi ilmiah lainnya tidak ada yang memprediksi Matahari akan terbit dari barat," kata Bettina Inclan, Associate Administrator for Communications NASA.
Dalam penjelasannya, NASA mengakui bahwa fenomena pembalikan medan magnet memang dapat terjadi dan telah dipelajari oleh beberapa ilmuwan. Sebagai contoh, fenomena serupa terjadi di planet Venus, yang berotasi dengan arah berlawanan. Venus memerlukan waktu 243 hari untuk berputar sekali pada porosnya, sementara untuk mengelilingi Matahari, planet ini membutuhkan 225 hari. Akibatnya, Matahari hanya terlihat dua kali setahun di permukaan Venus, atau sekali setiap 117 hari.
Dengan penjelasan ini, diharapkan masyarakat lebih memahami fakta ilmiah dan tidak terpengaruh oleh informasi yang menyesatkan.