:strip_exif():quality(75)/medias/4367/4c131d5d365cf13eb6d459c74317e82c.jpeg)
Istilah "cancel culture" telah menjadi sorotan di media sosial, terutama di platform-platform seperti X (sebelumnya Twitter) dan TikTok. Namun, apa sebenarnya makna di balik istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan tindakan kolektif ini?
Pengertian Cancel Culture
"Cancel culture" merupakan fenomena sosial yang mengacu pada penarikan dukungan dari seseorang, organisasi, atau merek karena perilaku atau pernyataan mereka yang dianggap tidak pantas. Fenomena ini kerap terjadi di media sosial, di mana pengaruh tindakan kolektif, seperti pemboikotan, pengucilan, dan bahkan dampak negatif pada karier dan reputasi, sangat terasa.
Asal-Usul Cancel Culture
Istilah "cancel culture" mulai populer pada akhir dekade 2010-an. Akarnya dapat ditelusuri kembali ke budaya kulit hitam dan gerakan seperti #MeToo dan #BlackLivesMatter, yang mengangkat isu pertanggungjawaban dan keadilan sosial. Gerakan-gerakan ini secara tidak langsung memperkenalkan konsep "pembatalan" ke dalam bahasa dan tindakan sosial.
Dampak Cancel Culture di Indonesia
Di Indonesia, "cancel culture" semakin merajalela, khususnya di platform-platform seperti Twitter, Instagram, dan TikTok. Fenomena ini sering dipicu oleh isu-isu seperti komentar rasis, perilaku tidak etis, atau keterlibatan dalam skandal. Misalnya, ketika seorang selebriti atau influencer terjerat masalah, netizen dengan cepat mengorganisir seruan untuk memboikot karya, produk, atau konten yang mereka hasilkan.
Pengaruh "cancel culture" di Indonesia sangat kuat, mengingat kekuatan media sosial dalam menyebarkan informasi dengan cepat dan membentuk opini publik. Akan tetapi, fenomena ini juga memicu perdebatan.
Pro dan Kontra Cancel Culture
Beberapa orang memandang "cancel culture" sebagai cara efektif untuk menegakkan tanggung jawab sosial dan melawan ketidakadilan. Namun, ada pula yang mengkritik bahwa "cancel culture" seringkali menjadi serangan massal yang tidak adil, tanpa memberikan kesempatan bagi yang bersangkutan untuk klarifikasi atau memperbaiki kesalahan. Fenomena ini juga menunjukkan bagaimana masyarakat Indonesia semakin vokal dalam menyuarakan pendapat mereka, meskipun sering kali mengarah pada penghukuman yang berlebihan.
Kesimpulan
"Cancel culture" adalah fenomena yang kompleks dengan sisi positif dan negatif. Di Indonesia, penting untuk memahami konteks dan dampaknya yang luas terhadap individu, organisasi, dan masyarakat secara keseluruhan.