:strip_exif():quality(75)/medias/1612/e1c8f04eaccadacf4a7010d46ffb0472.jpeg)
Perdebatan mengenai frekuensi makan anak kerap kali muncul, banyak orang tua percaya bahwa makan tiga kali sehari sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Namun, seorang dokter spesialis anak, dr. Kristian Wongso G., DTM&H, M.Sc., M.Krim., Sp.A., menyatakan bahwa jumlah makan bukanlah penentu utama cukup tidaknya asupan gizi.
Bukan Jumlah Makan, Tapi Pertumbuhan Anak
Menurut dr. Kristian, “Kita harus melihat kurva pertumbuhan anak. Apakah berat badan dan tinggi badan mereka berkembang sesuai dengan usianya? Kalau kurvanya bagus, maka bisa disimpulkan bahwa asupan gizinya cukup.”
Ia melanjutkan, “Tidak ada aturan baku tentang berapa banyak makanan yang harus dimakan dalam sekali makan. Yang penting adalah melihat perkembangan anak secara keseluruhan.”
Sebagai contoh, dr. Kristian mengisahkan kasus seorang anak yang rutin makan tiga kali sehari, namun hanya menyantap setengah piring setiap kali makan. Meskipun terlihat cukup, kondisi ini mungkin saja tidak memenuhi kebutuhan gizinya.
Perhatikan Kurva Pertumbuhan
Orang tua sebaiknya tidak terpaku pada jumlah makan dalam sehari. Lebih utama untuk memperhatikan kurva pertumbuhan anak yang tercatat di buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). “Jika berat badan anak tidak naik sesuai usianya, meskipun makan tiga kali sehari, kemungkinan besar asupan gizinya kurang,” tambah dr. Kristian.
Hal serupa terjadi pada anak yang hanya mengonsumsi makanan ringan dengan kandungan gula tinggi. Meskipun berat badannya naik, tinggi badan mereka bisa terhambat. “Yang paling penting adalah melihat kurva pertumbuhan anak. Jika kurvanya bagus, maka kita bisa yakin bahwa tumbuh kembang anak baik, terlepas dari berapa kali mereka makan dalam sehari,” pungkas dr. Kristian.
Kesimpulannya, fokus utama bukan pada jumlah makan sehari, melainkan pada perkembangan anak secara keseluruhan. Pantau kurva pertumbuhan anak secara rutin untuk memastikan asupan gizinya tercukupi. Jika terjadi ketidaksesuaian, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak untuk mendapatkan penanganan yang tepat.