Fenomena Hijau di Gurun Sahara: Perubahan Iklim yang Mencolok

Senin, 9 Juni 2025 12:27

Citra satelit menunjukkan Gurun Sahara mulai menghijau akibat perubahan pola curah hujan dan pemanasan global, mempengaruhi banyak negara di Afrika.

© copyright Noureddine Belfethi - Pexels

Jakarta - Fenomena aneh terjadi di Gurun Sahara. Citra satelit terbaru menunjukkan bahwa wilayah yang biasanya tandus kini mulai menghijau.

Citra dari NASA memperlihatkan bahwa area hijau yang biasanya terpusat di sekitar ekuator Afrika kini meluas ke utara, bahkan mencapai Gurun Sahara. Perbandingan antara foto September 2023 dan September 2024 menunjukkan bahwa sebagian wilayah Gurun Sahara, yang dikenal sebagai salah satu tempat terkering di dunia, mulai menghijau, terutama di bagian selatan dekat ekuator.

Perubahan ini terjadi setelah kawasan tersebut dilanda badai yang tidak biasa, yang menyebabkan banjir parah dan merusak daerah tersebut. Saat ini, Gurun Sahara menjadi dua hingga enam kali lebih basah dibandingkan sebelumnya.

Pusat Prediksi Iklim NOAA melaporkan bahwa Zona Konvergensi Intertropis telah bergeser lebih jauh ke utara sejak pertengahan Juli, termasuk ke wilayah Sahara. Para ilmuwan berpendapat bahwa pemanasan global akibat penggunaan bahan bakar fosil menjadi penyebab utama dari dua fenomena alam yang aneh ini.

Karsten Haustein, Peneliti Iklim di Universitas Leipzig, menjelaskan bahwa ada dua faktor utama yang menyebabkan pergeseran curah hujan ke utara. Pertama, transisi dari El Nino ke La Nina yang mempengaruhi seberapa jauh zona tersebut bergerak. Kedua, peningkatan suhu global yang dianggap sebagai penyebab utama pergeseran pola hujan.

"Zona Konvergensi Intertropis yang mendukung penghijauan di Afrika bergerak lebih jauh ke utara seiring dengan meningkatnya suhu global," kata Haustein.

Masalah ini tidak hanya terbatas pada penghijauan Gurun Sahara. Perubahan ini juga memengaruhi musim badai Atlantik, yang berdampak besar pada beberapa negara di Afrika. Negara-negara yang biasanya menerima curah hujan lebih banyak justru mengalami penurunan. Curah hujan di Nigeria dan Kamerun, misalnya, hanya mencapai 50 persen hingga 80 persen dari rata-rata normal antara Juli dan September.

Sementara itu, wilayah yang biasanya lebih kering, seperti sebagian Nigeria, Chad, Sudan, Libya, dan Mesir selatan, menerima lebih dari 400 persen curah hujan dari biasanya sejak pertengahan Juli.

Curah hujan berlebih ini menyebabkan banjir dahsyat di Chad, yang berdampak pada hampir 1,5 juta orang dan mengakibatkan sedikitnya 340 kematian. Di Nigeria, banjir bandang menewaskan lebih dari 220 orang dan menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi, terutama di bagian utara yang biasanya kering.

Artikel terkait

Mobil Terendam Banjir? Perhatikan Perawatan Transmisi Ini!
Tantangan Pariwisata di Yunani: Mencari Keseimbangan Antara Keindahan dan Kelestarian
Klarifikasi NASA: Matahari Tidak Akan Terbit dari Barat
Krisis Global: Lebih dari Sepertiga Spesies Pohon Terancam Punah
Mobil Terendam Banjir? Segera Periksa 5 Bagian Penting Ini
Mobil Terendam Banjir? Waspadai Kerusakan Aki!
Badan Antariksa AS Temukan Bukti Air di Bulan
Waspada! Mobil Bekas Banjir, Harga Murah Tapi Risiko Tinggi
Gunung Fuji Terlambat Berselimut Salju, Apakah Ini Tanda Perubahan Iklim?
Dampak Perubahan Iklim terhadap Perikanan Indonesia: Ancaman Serius bagi Nelayan
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekosistem Terumbu Karang
Tips Jaga Mobil Matik Aman dan Prima Saat Musim Hujan