:strip_exif():quality(75)/medias/6858/e7335f8e247cd2a7252f8f62ab9528f7.jpeg)
Tidak semua orang berwatak keras itu dingin dan sulit didekati. Ada juga yang ramah dan lembut hatinya. Bahkan, orang berwatak keras pun bisa luluh oleh hal-hal yang menggemaskan, seperti kucing peliharaan atau anak kecil. Misalnya, Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto dengan kucing peliharaannya, Bobby Kertanegara.
Mencari Ketenangan di Tengah Hiruk Pikuk
Bagi beberapa orang berwatak keras, kucing bukan hanya sekadar hewan peliharaan untuk hiburan. Ada yang benar-benar merawat kucing dengan sangat telaten, sampai rela mengeluarkan banyak uang untuk kesejahteraan kucing peliharaan mereka. Mengapa demikian?
"Ketenangan batin bisa dicapai dengan melakukan aktivitas yang lembut, yang dapat menurunkan tingkat stres. Misalnya, melindungi atau menyenangkan orang atau hewan peliharaan tercinta," jelas psikolog klinis Fitri Jayanthi, M.Psi. Setiap orang, termasuk mereka yang berwatak keras, membutuhkan ketenangan di tengah hiruk pikuk kehidupan sehari-hari. Terutama bagi mereka yang memiliki beban kerja yang cukup berat, sampai tidak punya waktu untuk istirahat di sela-sela pekerjaannya.
Orang berwatak keras tidak hanya mengeluarkan energi untuk bekerja, tetapi juga "membangun tembok" di sekelilingnya. "Orang dengan watak keras, mengeluarkan banyak sekali energi untuk membentengi diri dari dunia luar yang dapat mengancam kesejahteraan dirinya," papar Fitri. Salah satu cara mendapatkan ketenangan adalah memelihara kucing peliharaan. Selain mengajaknya bermain, kegiatan mengurus kucing seperti membelikannya mainan atau makanan, juga memberi mereka ketenangan.
Kucing: 'Penghancur' Tembok Ketegasan
"Ini adalah bentuk healing yang cukup mudah dilakukan," kata Fitri. "Tapi, bukan berarti orang dengan watak keras hanya bisa healing dengan cara itu saja, karena cara healing banyak sekali." Ketika berhadapan dengan sesuatu yang membuatnya luluh, seperti kucing peliharaan, mereka bisa merasa tenang karena tidak perlu menjaga "tembok" mereka tetap berdiri.
"Betul, dia bisa meruntuhkan 'tembok' ketegasannya ketika dihadapkan dengan sesuatu atau aktivitas yang dapat menenangkan dirinya sendiri," ujar Fitri.