Bahaya Menakut-nakuti Anak dengan Ancaman Ditinggalkan

Jumat, 6 Desember 2024 14:41

Menakut-nakuti anak dengan ancaman ditinggalkan bisa berdampak buruk pada perkembangan anak. Anak bisa merasa tidak aman, takut kehilangan, dan meragukan kasih sayang orang tua. Hal ini juga dapat menyebabkan mereka cemas dan kesulitan membangun hubungan interpersonal yang sehat di masa depan.

illustration Ancaman Ditinggalkan © copyright Alex Green - Pexels

Seringkali, orang tua atau pengasuh menggunakan ancaman ditinggalkan sebagai cara untuk mendisiplinkan anak. Contohnya, mereka mungkin mengatakan, “Kalau kamu nggak makan cepetan, Mama pergi!” atau “Kalo kamu ngga mau tidur, Papa tinggal di sini sendirian ya!”. Walaupun niatnya mungkin hanya untuk bersenang-senang, melihat reaksi anak, atau membuat anak mengikuti perintah, kebiasaan ini bisa berdampak buruk pada perkembangan anak.

Ancaman Ditinggalkan: Dampak Buruk pada Kepercayaan Diri Anak

Menurut Dokter Spesialis Anak, Kurniawan Satria Denta, menakut-nakuti anak dengan ancaman ditinggalkan bisa mengurangi kepercayaan mereka pada orang tua. “Anak bisa merasa tidak aman, takut kehilangan, dan akhirnya meragukan kasih sayang orang tuanya,” ungkapnya.

Bayangkan, anak yang seharusnya merasa aman dan terlindungi di sisi orang tua justru dihantui rasa takut ditinggalkan. Hal ini bisa berdampak buruk pada hubungan mereka di masa depan. “Anak mungkin merasa takut ditinggalkan dan berusaha bersikap sesuai harapan orang lain agar tidak ditinggalkan,” jelas Denta. “Ini juga bisa membuat mereka cemas dan kesulitan membangun hubungan interpersonal yang sehat di masa depan.”

Menimbulkan Rasa Tidak Percaya Diri dan Cemas

Psikolog Anak dan Keluarga, Samanta Elsener, menambahkan bahwa ancaman ditinggalkan bisa membuat anak merasa tidak percaya diri. Mereka mungkin merasa diabaikan dan kehilangan rasa aman. “Ini bisa berdampak negatif pada hubungan mereka di masa depan. Mereka mungkin akan kesulitan membangun kepercayaan dan merasa tidak aman dalam hubungan interpersonal,” jelas Samanta.

Anak yang dibesarkan dengan ancaman ditinggalkan mungkin akan kesulitan untuk membangun kepercayaan dan merasa aman dalam hubungan interpersonal. “Anak yang diajarkan dengan cara menakut-nakuti bisa tumbuh menjadi pribadi yang penakut dan ragu-ragu dalam mengambil keputusan,” tutup Samanta.

Ancaman ditinggalkan juga bisa menyebabkan anak menjadi rentan terhadap hubungan yang toksik. Mereka mungkin memilih diam saat disakiti atau diperlakukan tidak adil karena takut ditinggalkan.

Membangun Hubungan yang Sehat dan Penuh Kepercayaan

Orang tua seharusnya menjadi tempat berlindung dan kasih sayang bagi anak. Mereka harus merasa bebas berekspresi tanpa rasa takut. Kebiasaan menjahili anak dengan ancaman ditinggalkan bisa merusak ikatan emosional yang sehat antara anak dan orang tua.

Hindari menakut-nakuti anak dengan ancaman ditinggalkan. Berikan anak rasa aman dan kasih sayang yang mereka butuhkan. Ingat, membangun hubungan yang sehat dan penuh kepercayaan dengan anak adalah investasi terbaik untuk masa depan mereka.

Artikel terkait

Etika Makan Anak: Mengapa Penting dan Cara Mengajarkannya
Lindungi Anak dari Perundungan: 5 Tips Penting dari Psikolog
5 Kalimat yang Harus Dihindari Orang Tua Agar Anak Berkembang dengan Optimal
Bocah 12 Tahun Selamatkan Ayahnya dari Serangan Beruang Hitam
Tes Kesehatan Mental Online: Kenali Kondisi Mentalmu dengan 5 Situs Web Gratis
Mitos Orang Tua Adalah Cerminan Anak: Benarkah Perilaku Orang Tua Berpengaruh Besar?
Susu Pertumbuhan: Kunci Menuju Anak Sehat dan Cerdas di Indonesia
Hypnoparenting: Cara Membimbing Anak dengan Sugesti Positif
Generasi Z dan Kurangnya Etika: Tantangan Baru bagi Orang Tua dan Perkembangan Teknologi
Bill Gates Atur Ketat Penggunaan Gadget Anak, Baru Boleh Punya Ponsel di Usia 14 Tahun
10 Tips Ilmiah untuk Membentuk Anak Cerdas dan Sukses
Mengenali Potensi Cerdas Anak: Lebih dari Sekadar IQ Tinggi