:strip_exif():quality(75)/medias/1715/dc14dcf58b7c7b6788e3186b067bcf65.jpeg)
Kekhawatiran tentang Bisphenol-A (BPA) yang dikaitkan dengan penyakit seperti diabetes dan kanker, masih menghantui sebagian masyarakat. Namun, menurut ahli endokrin-metabolik Laurentius Aswin Pramono, klaim tersebut belum didukung bukti ilmiah yang kuat.
Belum Ada Bukti Ilmiah yang Kuat
Aswin menegaskan bahwa hingga saat ini, belum ada konsensus ilmiah yang menyatakan BPA menyebabkan diabetes atau kanker pada manusia. "Hingga saat ini, belum ada konsensus ilmiah yang menyatakan BPA menyebabkan diabetes atau kanker pada manusia," tegas Aswin. "Penelitian yang ada hanya dilakukan di laboratorium dengan hewan coba, dan belum tentu berlaku pada manusia."
Meskipun sering disebut sebagai "endocrine disruptor" yang dapat mengganggu hormon, Aswin mengingatkan bahwa klaim ini masih perlu dikaji lebih lanjut. "Pedoman kesehatan dunia menekankan pada evidence-based medicine, artinya bukti ilmiah yang kuat," jelasnya. "Penelitian pada manusia merupakan bukti yang paling kuat, bukan hanya pada hewan coba."
Migrasi BPA pada Kemasan Pangan Rendah
Nugraha Edhi Suyatma, ahli polimer dan Guru Besar Teknologi Pangan IPB, juga menyatakan bahwa penelitian tentang BPA masih belum konsisten dan perlu penelitian lebih lanjut. Ia mencontohkan hasil penelitian di Makassar yang menunjukkan bahwa migrasi BPA pada kemasan pangan sangat rendah, jauh di bawah batas aman yang ditetapkan BPOM.
"Penelitian ITB juga menemukan bahwa BPA tidak terdeteksi pada galon air minum dari empat merk yang banyak dikonsumsi di Indonesia," tambahnya.
Tubuh Memiliki Mekanisme Alami untuk Memetabolisme BPA
Aswin juga menjelaskan bahwa tubuh manusia memiliki mekanisme alami untuk memetabolisme BPA. "Hati kita dapat memecah BPA dan membuangnya melalui feses dan urin," ujarnya. "Jadi, BPA tidak terakumulasi di dalam tubuh."
Meskipun belum ada regulasi khusus untuk BPA di Indonesia, BPOM telah menetapkan batas migrasi maksimum BPA pada kemasan pangan. Aswin menekankan bahwa batas aman toleransi BPA masih jauh lebih tinggi dari kadar BPA yang ditemukan dalam air minum.
Khawatir Berlebihan Justru Merugikan
"Khawatir berlebihan tentang BPA justru akan membuat kita tidak tenang," kata Aswin. "Banyak bahan kimia lain yang jauh lebih berisiko, seperti asap rokok, dan BPA belum masuk kategori karsinogen."
Intinya, jangan mudah termakan isu-isu yang belum terbukti secara ilmiah. Tetaplah hidup sehat dan jangan lupa untuk menjaga gaya hidup yang baik.