:strip_exif():quality(75)/medias/22514/a89cc65a6c01493ee14f695212b24036.jpg)
Dunia teknologi baterai dihebohkan oleh dua penemuan inovatif yang menjanjikan pengisian daya super cepat dan daya tahan baterai yang lebih lama. Dua tim peneliti, masing-masing dari Korea Selatan dan kolaborasi China-Jerman, berhasil mengembangkan teknologi baterai Lithium-Sulfur yang mampu mengisi daya dalam hitungan menit saja.
Material Katoda Inovatif dari Korea Selatan
Tim peneliti dari DGIST Department of Energy Science and Engineering, Korea Selatan, yang dipimpin Profesor Jong-sung Yu, berhasil menciptakan material karbon diperkaya nitrogen untuk katoda baterai Lithium-Sulfur. Material ini disintesis melalui reduksi panas dengan bantuan magnesium dari ZIF-8, menghasilkan struktur karbon unik yang meningkatkan penyerapan sulfur dan kontak elektrolit.
Struktur karbon ini memungkinkan baterai mencapai kapasitas 705 mAh hanya dalam 12 menit pengisian daya. "Keunggulannya? Kapasitas meningkat 1,6 kali lipat dibandingkan baterai konvensional pada pengisian cepat," jelas Profesor Yu. Penelitian kolaboratif dengan Argonne National Laboratory membuktikan efisiensi metode ini dalam meningkatkan penyerapan sulfur dan mempercepat reaksi.
Lebih lanjut, penggunaan nitrogen menekan perpindahan lithium polysulfide, sehingga baterai mempertahankan 82% kapasitasnya setelah 1000 siklus pengisian-pengosongan. Ini merupakan peningkatan signifikan dibandingkan baterai konvensional.
Elektrolit Padat dari Kolaborasi China-Jerman
Sementara itu, tim peneliti dari China dan Jerman mengembangkan elektrolit padat inovatif berbasis boron, sulfur, lithium, fosfor, dan yodium. Yodium berperan krusial sebagai perantara transfer elektron ke sulfur, mempercepat reaksi elektroda secara signifikan.
Hasilnya luar biasa. Baterai ini mampu terisi penuh dalam satu menit, dan masih mempertahankan kapasitasnya lebih dari 25 kali lebih lama daripada baterai Lithium-ion konvensional. Pada kecepatan pengisian sedang, baterai ini mempertahankan lebih dari 80% kapasitasnya setelah lebih dari 25.000 siklus pengisian-pengosongan. Sebagai perbandingan, "Baterai Lithium-ion konvensional hanya mampu mempertahankan 80% kapasitasnya setelah 1.000 siklus," ungkap salah satu peneliti.
Keberhasilan ini didapatkan melalui pengembangan elektrolit padat yang menyerupai kaca. Komposisi material yang tepat memungkinkan transfer elektron yang efisien dan cepat, sehingga menghasilkan pengisian daya yang sangat cepat tanpa mengorbankan daya tahan baterai.
Kedua penemuan ini mengandalkan pendekatan yang berbeda, namun sama-sama mencapai hasil yang impresif. Tim Korea Selatan fokus pada optimasi material katoda, sementara tim China-Jerman berfokus pada pengembangan elektrolit. Kedua pendekatan tersebut menunjukkan potensi besar teknologi Lithium-Sulfur untuk masa depan.
Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum teknologi ini siap untuk dikomersialkan. Tantangan yang perlu diatasi termasuk skala produksi, biaya, dan keamanan baterai.
Namun, pencapaian ini menandai langkah signifikan menuju era baterai dengan pengisian cepat dan daya tahan yang jauh lebih baik. Teknologi ini berpotensi merevolusi berbagai perangkat elektronik, dari smartphone hingga kendaraan listrik.