Terkuak! Asal-usul Tak Terduga Hidangan Jepang Ikonik

Kamis, 28 November 2024 06:01

Siapa sangka hidangan Jepang ikonik seperti sushi salmon, ramen, tempura, dan tonkatsu memiliki akar sejarah yang tak terduga? Makanan-makanan lezat ini ternyata dipengaruhi oleh budaya kuliner dari berbagai penjuru dunia.

illustration asal-usul makanan Jepang © copyright Quang Anh Ha Nguyen - Pexels

Siapa sangka hidangan Jepang ikonik seperti sushi salmon, ramen, tempura, dan tonkatsu memiliki akar sejarah yang tak terduga? Makanan-makanan lezat ini ternyata dipengaruhi oleh budaya kuliner dari berbagai penjuru dunia. Yuk, kita telusuri bagaimana perjalanan mereka hingga menjadi hidangan favorit di Jepang.

Sushi Salmon: Dari China ke Norwegia

Meskipun sushi identik dengan Jepang, asal-usulnya ternyata ada di China. Sejak abad ke-5 hingga ke-3 SM, orang Cina menggunakan teknik membalut ikan dengan garam untuk pengawetan. Ini adalah bentuk awal dari sushi yang kita kenal saat ini. Sushi salmon sendiri merupakan inovasi yang lebih baru. Norwegia memainkan peran penting dalam memperkenalkan sushi salmon ke Jepang pada tahun 1980-an. Saat itu, Norwegia sedang menghadapi surplus salmon dan melihat peluang untuk memasarkannya ke Jepang. Meskipun salmon mentah dianggap tidak higienis di Jepang pada saat itu, industri perikanan Norwegia berhasil mengubah persepsi masyarakat Jepang tentang salmon.

Melalui upaya promosi dan edukasi, sushi salmon akhirnya diterima dengan baik oleh masyarakat Jepang. Kini, sushi salmon sangat digemari karena rasanya yang lembut dan gurih. Sushi salmon menjadi bukti bagaimana budaya kuliner dapat berkembang dan beradaptasi dengan berbagai pengaruh dari luar.

Ramen: Dari Cina ke Jepang

Ramen, sajian mi yang hangat dan nikmat, seringkali dikaitkan dengan Jepang. Namun, asal-usulnya sebenarnya berasal dari China. Kata "ramen" sendiri berasal dari bahasa Mandarin "lamien" yang berarti "mi yang ditarik". Sejak tahun 1859, mi ini diperkenalkan ke Jepang oleh duta besar China Zeng Gongliang. Pada akhir abad ke-19, ramen semakin populer di Jepang seiring dengan datangnya imigran Cina.

Saat itu, larangan makan daging di Jepang yang berlaku selama 1200 tahun dicabut. Hal ini membuka jalan bagi eksperimen kuliner baru, seperti menambahkan daging sapi dan babi ke dalam ramen. Kaldu tonkotsu yang kaya umami dan potongan daging babi chashu yang lezat menjadi ciri khas ramen hingga saat ini. Ramen menjadi contoh bagaimana budaya kuliner dapat berinteraksi dan bercampur dengan budaya lain untuk menciptakan hidangan baru.

Tempura: Dari Portugal ke Jepang

Siapa sangka tempura, yang identik dengan hidangan goreng tepung yang renyah, berasal dari Portugal? Pada abad ke-16, misionaris Portugis membawa tradisi memasak Eropa ke Jepang. Salah satu metode memasak yang diperkenalkan adalah membalut makanan dengan tepung sebelum digoreng. Selama masa Prapaskah, orang Portugis menggoreng kacang dan sayuran sebagai alternatif makanan non-daging.

Di Nagasaki, pada akhir abad ke-16, tempura mendapatkan sentuhan lokal dengan penambahan gula ke dalam tepung dan sake ke dalam adonan. Hasilnya adalah makanan goreng yang mirip dengan gorengan Eropa. Seiring berjalannya waktu, tempura berkembang menjadi berbagai variasi regional. Di Kyoto, tempura sayuran menjadi makanan favorit para biksu Buddha. Di wilayah Kanto, adonan tempura dibuat dengan mencampurkan tepung, telur, dan air, dan digoreng cepat dalam minyak wijen bersuhu tinggi. Di wilayah Kansai, adonan tempura tidak menggunakan telur dan digoreng lambat dalam minyak bersuhu rendah.

Tonkatsu: Dari Prancis ke Jepang

Tonkatsu, potongan daging babi yang dilapisi tepung roti renyah dan gurih, ternyata terinspirasi dari hidangan Prancis. Pada tahun 1853, setelah Jepang membuka pelabuhannya untuk perdagangan Barat, terjadi pertukaran budaya dan kuliner yang intens. Masakan Prancis, khususnya, menjadi populer di Jepang.

Salah satu hidangan yang dikenal adalah cĂ´telette de veau, potongan daging sapi yang dibalut tepung roti dan digoreng. Pada tahun 1895, restoran bergaya Barat Rengatei di Ginza, Jepang, ingin menambahkan cĂ´telette de veau ke dalam menu mereka. Namun, mereka merasa potongan daging yang digoreng terlalu berminyak untuk selera Jepang. Sebagai solusinya, mereka mengganti daging sapi dengan daging babi, menggunakan teknik serupa dengan pembuatan tempura, dan membalutnya dengan tepung roti panko. Hasilnya adalah tonkatsu yang lebih ringan dan renyah. Tonkatsu pertama kali disajikan di Rengatei pada tahun 1899, dan hingga saat ini, restoran tersebut tetap menyajikan tonkatsu khas mereka.

Jadi, kali berikutnya kamu menikmati hidangan Jepang yang ikonik ini, ingatlah bahwa asal-usulnya tak hanya dari Jepang sendiri. Mereka merupakan hasil dari pertukaran budaya dan kuliner selama berabad-abad. Makanan-makanan ini menjadi bukti bagaimana budaya kuliner dapat terinspirasi dan berkembang melalui interaksi dan adaptasi dengan budaya lain.

Artikel terkait

Kuliner Laguna Phuket: Menjelajahi Sajian Lezat di Surga Tropis
Mentimun: Buah atau Sayur? Simak Fakta Menariknya!
Menjelajahi Pesona Sunrise dan Kuliner Lokal di Indonesia
Aichi: Destinasi Liburan Menarik di Jepang yang Tak Kalah Seru dari Tokyo dan Osaka
Mengenal Lebih Dekat Sushi: Bukan Hanya Maki, Banyak Wajah Nikmat!
Jelajahi Jakarta Seharian: Itinerary Lengkap dengan Transportasi Umum
Rahasia Menikmati Sushi dan Sashimi ala Jepang Sejati
Tahu: Rahasia Lezat Kuliner Sederhana yang Menaklukkan Lidah
5 Makanan Sehat yang Sering Dihindari (Tapi Sebenarnya Enak!)
Aarhus, Denmark: Juara Baru Indeks Kota Bahagia 2024! Siap-siap Terpesona!
Resep Lezat Ikan Patin dengan Berbagai Olahan
Resep Ayam Bakar Bumbu Kecap Kemiri yang Lezat