:strip_exif():quality(75)/medias/5/74f766b9fdf8d50bb067421f004ef1e2.jpeg)
Dalam situasi tertentu, orangtua atau pengasuh sering kali menggunakan taktik menakut-nakuti untuk mengendalikan perilaku anak. Contohnya, saat anak enggan tidur, orangtua mungkin mengancam dengan cerita tentang hantu agar anak cepat tidur. Begitu juga, jika anak ingin memasuki suatu tempat yang dianggap berbahaya, orangtua bisa menakut-nakutinya dengan ancaman serangga.
Meskipun cara ini dianggap efektif untuk membuat anak patuh, dampaknya dapat merugikan. Menakut-nakuti anak berulang kali dapat menyebabkan mereka mengalami rasa takut yang berlebihan dan tidak rasional. Rasa cemas yang dialami anak pun meningkat. Dokter Spesialis Anak, Kurniawan Satria Denta, menyatakan bahwa tindakan ini tidak disarankan. Menurutnya, anak yang sering ditakut-takuti dapat tumbuh menjadi pribadi yang penakut.
Sebagai contoh, anak yang terpapar cerita hantu mungkin menjadi sangat takut, sehingga enggan ditinggalkan sendirian, tidak mau memasuki ruangan sendiri, dan merasa cemas saat gelap. Psikolog Anak dan Keluarga, Samanta Elsener, menambahkan bahwa anak yang sering ditakut-takuti cenderung tumbuh menjadi dewasa yang kurang berani. Mereka mungkin enggan mencoba hal baru dan lebih memilih zona nyaman, yang menghambat perkembangan diri. Kemampuan pengambilan keputusan mereka juga dapat terpengaruh, karena mereka selalu khawatir akan konsekuensi dari pilihan yang diambil.
Sebagai alternatif, alih-alih menakut-nakuti, orangtua sebaiknya memberikan pemahaman yang baik kepada anak agar mereka mau patuh. Mengajak anak berdiskusi dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir mereka dengan lebih baik.