:strip_exif():quality(75)/medias/6058/45334fca429e099a79e2c8c2dec6c01a.jpeg)
Sebuah penemuan revolusioner dalam bidang ilmu saraf telah terungkap, di mana peneliti berhasil menumbuhkan jaringan otak baru pada tikus dewasa. Temuan ini, yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, membuka jalan bagi pengobatan penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson, serta membantu pemulihan setelah stroke.
Para peneliti, yang dipimpin oleh Dr. Magdalena Götz dari Institut Penelitian Otak Ludwig Maximilians University di Munich, Jerman, telah menemukan cara untuk mengaktifkan sel-sel glial, yang merupakan jenis sel yang biasanya berperan dalam mendukung neuron, untuk berubah menjadi neuron baru.
Penemuan ini merupakan hasil dari penelitian panjang yang berfokus pada faktor pertumbuhan fibroblast (FGF), protein yang berperan penting dalam perkembangan embrio.
Bagaimana Proses Terbentuknya Otak Baru?
Peneliti menggunakan kombinasi FGF dan obat lain yang menghambat protein tertentu dalam sel glial, yang dikenal sebagai Sox2.
"Kami menemukan bahwa dengan menggabungkan FGF dan penghambat Sox2, kami dapat memaksa sel-sel glial untuk meninggalkan peran pendukung mereka dan berdiferensiasi menjadi neuron baru," jelas Dr. Götz.
Neuron baru yang terbentuk kemudian terintegrasi ke dalam jaringan otak yang ada, membentuk koneksi fungsional dengan neuron lain. "Hasilnya sangat mengejutkan. Kami tidak hanya melihat pembentukan neuron baru, tetapi juga integrasinya ke dalam sirkuit otak," tambah Dr. Götz.
Proses ini, yang dinamakan "neurogenesis dewasa", sebelumnya dianggap tidak mungkin terjadi pada mamalia dewasa.
"Penemuan ini menantang pemahaman kita tentang kemampuan otak manusia untuk memperbaiki dirinya sendiri," kata Dr. Götz.
Dampak Penemuan bagi Masa Depan
Penemuan ini membuka pintu baru untuk pengobatan berbagai penyakit neurodegeneratif.
"Jika kita dapat meniru proses ini pada manusia, kita dapat mengembangkan terapi baru untuk penyakit seperti Alzheimer dan Parkinson, yang melibatkan kehilangan neuron di otak," ujar Dr. Götz.
Selain itu, temuan ini juga berpotensi untuk membantu pemulihan setelah stroke.
"Stroke merusak jaringan otak, dan kemampuan otak untuk memperbaiki dirinya sendiri sangat terbatas. Penemuan ini dapat membuka jalan baru untuk terapi regeneratif setelah stroke," kata Dr. Götz.
Meskipun penelitian ini masih dalam tahap awal, potensi dampaknya sangat besar.
"Ini adalah langkah awal dalam perjalanan yang panjang, tetapi penemuan ini memberi kita harapan baru untuk menemukan pengobatan yang efektif untuk penyakit neurodegeneratif dan stroke," pungkas Dr. Götz.