:strip_exif():quality(75)/medias/7134/89e0a7f67e90ef68c21e29094e245b68.jpg)
Kanker usus besar atau kolorektal merupakan penyakit yang tengah menjadi perhatian serius, karena angka kasusnya terus meningkat di seluruh dunia. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang lanjut usia, tapi juga mengancam kesehatan orang muda di bawah 50 tahun. Hal ini membuat kesadaran masyarakat tentang kanker usus besar sangat penting, khususnya dalam mendeteksi gejalanya sejak dini.
Mengenal Faktor Risiko dan Gejala Kanker Usus Besar
Meskipun penyebab pasti kanker usus besar masih belum diketahui, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini. Salah satu faktor yang sering dikaitkan adalah pola makan yang kurang sehat, terutama kurangnya asupan serat. Serat berfungsi untuk melancarkan proses pencernaan, sehingga sisa makanan tidak terlalu lama berada di dalam usus dan mengurangi risiko kanker. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kanker usus besar karena mempengaruhi metabolisme tubuh dan meningkatkan risiko peradangan kronis.
Kebiasaan merokok juga menjadi faktor risiko yang signifikan untuk berbagai jenis kanker, termasuk kanker usus besar. Zat kimia dalam rokok dapat merusak sel-sel usus dan meningkatkan risiko mutasi genetik yang berpotensi menyebabkan kanker. Faktor genetik juga memainkan peran penting. Memiliki keluarga yang pernah menderita kanker usus besar dapat meningkatkan risiko terkena penyakit ini.
Sayangnya, kanker usus besar sering kali tidak menimbulkan gejala di awal. Ketika gejala mulai muncul, penyakit sudah bisa mencapai stadium lanjut. Hal ini terjadi karena gejala awal kanker usus besar mirip dengan gangguan pencernaan biasa seperti maag atau asam lambung. Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaan gejala kanker usus besar dengan penyakit pencernaan lainnya.
Membedakan Gejala Kanker Usus dengan Penyakit Pencernaan Lainnya
Dr. dr. Andhika Rachman SpPD-KHOM, spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi, menjelaskan bahwa nyeri perut akibat kanker usus biasanya disertai dengan gejala lain. "Gejala pada usia muda umumnya sama dengan usia tua. Namun, pada usia muda, gejala seringkali diabaikan atau salah diartikan sebagai gangguan pencernaan biasa. Ini menyebabkan diagnosis lebih lambat," ujar dr. Andhika.
Beberapa gejala yang dapat menjadi tanda kanker usus besar antara lain penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, darah dalam tinja, dan perubahan kebiasaan buang air besar. Penurunan berat badan yang signifikan tanpa perubahan pola makan atau aktivitas fisik bisa menjadi tanda bahaya. Darah dalam tinja bisa berwarna merah terang atau gelap, dan bisa muncul dalam bentuk bercak atau campuran dengan feses. Perubahan yang signifikan dalam frekuensi, konsistensi, atau bentuk feses bisa menjadi tanda kanker usus besar.
Sementara itu, rasa sakit akibat maag atau penyakit asam lambung cenderung terkait dengan pola makan dan bisa diatasi dengan obat antasida atau pengobatan lainnya. Penting untuk memahami bahwa setiap perubahan dalam pola makan, kebiasaan buang air besar, atau berat badan, terutama jika disertai dengan gejala lain, sebaiknya segera dikonsultasikan dengan dokter. Deteksi dini sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan dan mencegah komplikasi yang lebih serius.
Untuk mencegah kanker usus besar, disarankan untuk menerapkan gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan kaya serat, rutin berolahraga, menghindari rokok, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan kanker usus besar, segera konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui risiko dan langkah pencegahan yang tepat.