:strip_exif():quality(75)/medias/1557/c89d505a8caa44381e444b8919faa784.jpeg)
Paraplegia, kondisi yang mengakibatkan kelumpuhan pada tubuh bagian bawah, mulai dari panggul hingga kaki, dapat menimbulkan berbagai tantangan bagi penderitanya. Seseorang dengan paraplegia mungkin mengalami kesulitan atau ketidakmampuan untuk menggerakkan kaki, paha, dan terkadang perut, yang dapat memengaruhi mobilitas, fungsi kandung kemih, dan kesehatan mental. Kondisi ini dapat muncul akibat cedera sumsum tulang belakang, kondisi medis tertentu, atau bahkan faktor bawaan sejak lahir.
Penyebab Paraplegia: Mengapa Terjadi Kelumpuhan?
Penyebab utama paraplegia adalah cedera sumsum tulang belakang, yang dapat terjadi akibat berbagai faktor, termasuk kecelakaan kendaraan, luka tembak atau tusuk, dan terjatuh dari ketinggian. Selain itu, beberapa kondisi medis dapat berkontribusi terhadap paraplegia, seperti tumor tulang belakang yang menekan saraf, kista atau rongga berisi cairan di sumsum tulang belakang, infeksi sumsum tulang belakang, gangguan aliran darah, kerusakan saraf terkait diabetes, kondisi bawaan saat lahir, cedera saat melahirkan atau masa kanak-kanak awal, kondisi autoimun atau inflamasi, dan kondisi genetik.
Mengenal Lebih Dekat: Jenis-Jenis Paraplegia
Paraplegia dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahannya. Paraplegia total melibatkan hilangnya fungsi total pada tubuh bagian bawah, termasuk kemampuan merasakan sensasi dan bergerak. Sementara itu, paraplegia sebagian menunjukkan hilangnya sebagian fungsi, di mana tubuh bagian bawah masih dapat merasakan atau digerakkan, tetapi biasanya tidak sekuat sebelum cedera.
Gejala Paraplegia: Tanda yang Perlu Diperhatikan
Gejala paraplegia dapat muncul secara tiba-tiba atau bertahap, dan meliputi hilangnya sensasi pada tubuh bagian bawah, kesulitan bergerak, penambahan berat badan, depresi, rasa sakit atau sensasi tidak nyaman, nyeri kronis, disfungsi seksual, kesulitan dengan fungsi kandung kemih dan usus, luka di kulit, serta buang air besar dan buang air kecil yang tidak terkontrol.
Jenis-Jenis Paraplegia Berdasarkan Efek dan Gejala
Berdasarkan efek dan gejalanya, paraplegia dapat dibagi menjadi paraplegia spastik dan paraplegia flaksid. Paraplegia spastik ditandai oleh otot-otot yang kaku dan tegang pada bagian yang mengalami kelumpuhan, sehingga sulit digerakkan dan mungkin mengalami spasme. Sebaliknya, paraplegia flaksid melibatkan otot-otot yang lemas dan tidak berfungsi sama sekali, sehingga lemah dan tidak dapat digerakkan.
Pentingnya Penanganan Medis Segera
Jika Anda mengalami gejala paraplegia, terutama jika gejala muncul tiba-tiba, setelah kecelakaan, atau jika mengalami kesulitan bernapas, segera konsultasikan dengan dokter. Penanganan medis yang tepat dan segera sangat penting untuk membantu mencegah komplikasi dan memaksimalkan kualitas hidup. Konsultasikan dengan dokter Anda untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. Ingatlah bahwa informasi ini hanya untuk tujuan edukasi dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat medis profesional.