Deteksi Dini Hipotiroid Kongenital: Selamatkan Otak Anak Indonesia

Minggu, 8 Desember 2024 14:16

Skrining hipotiroid kongenital sangat penting untuk mendeteksi dini gangguan perkembangan otak pada anak, terutama pada bayi baru lahir. Skrining ini membantu mencegah dampak buruk dari hipotiroid kongenital yang tidak tertangani.

illustration hipotiroid kongenital Illustration skrining-hipotiroid

Skrining hipotiroid kongenital merupakan langkah krusial dalam memastikan perkembangan anak yang optimal. Skrining ini menjadi pintu gerbang bagi orang tua untuk mendeteksi kemungkinan hipotiroid kongenital pada bayi mereka. Hal ini penting mengingat hipotiroid kongenital yang tidak tertangani dapat berdampak serius pada perkembangan otak anak, bahkan menyebabkan gangguan belajar dan IQ yang rendah. "Kita perlu menyelamatkan otak anak-anak kita," tegas Dokter Aman Bhakti Pulungan, Direktur Eksekutif Asosiasi Pediatri Internasional. "Bayangkan, berapa banyak anak di Indonesia yang memiliki IQ di bawah 70 atau 80? Kondisi ini bisa parah atau ringan, tapi tetap membutuhkan pengobatan."

Pentingnya Hormon Tiroid untuk Perkembangan Anak

Hormon tiroid, yang diproduksi oleh kelenjar tiroid, berperan vital dalam mengatur berbagai fungsi tubuh, termasuk metabolisme, detak jantung, suhu tubuh, reproduksi sel, dan pertumbuhan fisik dan mental, terutama pada anak-anak. Hormon ini berfungsi sebagai pengantar sinyal ke jaringan saraf, sehingga sangat penting untuk perkembangan otak. Kekurangan hormon tiroid dapat berakibat fatal pada anak, menyebabkan respon lambat, kelemahan jantung, anemia, gerakan kaku, dan gangguan perkembangan lainnya. "Bayangkan, jika seorang anak kekurangan hormon tiroid, dia akan lambat dalam merespons ucapan kita, jantungnya melemah, mengalami anemia, gerakannya kaku seperti robot. Ini semua merupakan beban bagi anak," jelas Dokter Aman.

Skrining Hipotiroid Kongenital: Tidak Hanya untuk Bayi Baru Lahir

Pentingnya skrining hipotiroid kongenital tidak hanya terfokus pada bayi baru lahir, tetapi juga pada kelompok berisiko. Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono, menekankan perlunya skrining ini sebagai langkah pencegahan terhadap gangguan tiroid, terutama hipotiroid, yang seringkali tidak menunjukkan gejala. Selain itu, studi menunjukkan bahwa 50% orang memiliki benjolan di kelenjar tiroid. "Meskipun sebagian besar benjolan tiroid jinak, 5-10% di antaranya bersifat ganas. Studi lain pada mayat juga menunjukkan adanya benjolan di kelenjar tiroid, meskipun sebagian besar bersifat jinak," tambah Wakil Menteri Dante.

Artikel terkait

Kekayaan dan Risiko Kanker: Studi Ungkap Hubungan Kompleks
Tetes Garam Nasal: Solusi Sederhana untuk Meredakan Flu Anak
Waspada Kanker Usus Besar: Deteksi Dini untuk Peluang Kesembuhan Lebih Tinggi
Merawat Kulit Sensitif Si Kecil: Panduan Lengkap untuk Kulit Sehat dan Lembut
Erina Gudono Makan Sushi Usai Melahirkan, Amankah untuk Ibu Menyusui?
5 Kebiasaan Sepele yang Bisa Menghambat Pertumbuhan Tinggi Anak
Heymama Luncurkan Skincare Bayi dengan Rumput Laut Cokelat untuk Kulit Sehat dan Lembut
Perkembangan Motorik Anak: Waspadai Tanda Keterlambatan!
Menyusui: Kunci Utama untuk Kesehatan dan Ikatan Batin Bayi
Waspada! Virus Lumpuh Anak (AFM) Kembali Merebak di AS
ASI: Nutrisi Terbaik untuk Bayi Anda - Manfaat Luar Biasa untuk Pertumbuhan dan Kesehatan
Mengatasi Anak Picky Eater: Saran dari Dokter Spesialis Anak