Perubahan Iklim dan Hijau Gurun Sahara: Dampak Banjir Ekstrem

Senin, 23 September 2024 18:34

Artikel ini membahas fenomena perubahan iklim di Gurun Sahara yang menyebabkan peningkatan curah hujan dan dampak banjir yang serius di negara-negara sekitarnya.

© copyright Uri Espinosa - Pexels

Perubahan Iklim dan Dampaknya di Gurun Sahara

Cuaca ekstrem belakangan ini telah menyebabkan bencana di berbagai negara. Menariknya, Gurun Sahara mengalami perubahan yang tidak terduga: area ini menjadi lebih hijau.

Satelit baru-baru ini menangkap peningkatan kehidupan tanaman di bagian selatan Sahara, yang biasanya gersang. Badai yang melanda wilayah tersebut telah menyebabkan banjir besar. Curah hujan di utara khatulistiwa Afrika biasanya meningkat antara Juli hingga September seiring dengan datangnya Monsun Afrika Barat.

Fenomena ini terjadi ketika udara lembap dari dekat khatulistiwa bertemu dengan udara panas dan kering dari utara. Zona Konvergensi Intertropis, yang menjadi pusat cuaca badai, biasanya bergerak ke utara selama bulan-bulan musim panas di Belahan Bumi Utara dan kembali ke selatan saat musim panas di Belahan Bumi Selatan. Namun, sejak pertengahan Juli, zona ini telah bergeser lebih jauh ke utara dari yang seharusnya. Hal ini menyebabkan badai menghantam wilayah selatan Sahara, termasuk Niger, Chad, Sudan, dan utara Libya, menurut data dari Pusat Prediksi Iklim NOAA.

Akibatnya, beberapa bagian Gurun Sahara kini menjadi dua hingga enam kali lebih basah dari biasanya. Dua kemungkinan penyebab pergeseran ini adalah transisi dari El Nino ke La Nina, yang memengaruhi pola pergerakan zona tersebut. El Nino, yang ditandai dengan suhu laut yang lebih hangat di Pasifik khatulistiwa, biasanya menyebabkan kondisi kering di Afrika Barat dan Tengah. Sebaliknya, La Nina dapat menyebabkan peningkatan curah hujan.

Karsten Haustein, peneliti iklim dari Universitas Leipzig, menjelaskan bahwa pergeseran zona ini dapat terjadi lebih sering di masa depan akibat meningkatnya kadar karbon dioksida dan pemanasan global. Hal ini tidak hanya menghijaukan gurun, tetapi juga mengganggu pola musim badai Atlantik, yang berdampak besar pada beberapa negara Afrika.

Negara-negara yang biasanya menerima curah hujan tinggi justru mengalami penurunan. Misalnya, sebagian wilayah Nigeria dan Kamerun, yang biasanya mendapatkan 20 hingga 30 inci hujan dari Juli hingga September, hanya menerima 50-80% dari jumlah tersebut. Di sisi lain, daerah yang biasanya kering, termasuk Niger, Chad, Sudan, Libya, dan Mesir selatan, mengalami peningkatan curah hujan hingga 400% dari normal sejak pertengahan Juli.

Di utara Chad, yang merupakan bagian dari Gurun Sahara, curah hujan biasanya hanya satu inci dari pertengahan Juli hingga awal September. Namun, tahun ini, curah hujan mencapai antara 3 hingga 8 inci dalam periode yang sama.

Banjir yang disebabkan oleh curah hujan berlebih telah mengakibatkan dampak serius di Chad, dengan hampir 1,5 juta orang terkena dampak dan setidaknya 340 orang tewas. Nigeria juga mengalami banjir parah, yang menewaskan lebih dari 220 orang dan mengungsi ratusan ribu lainnya, terutama di bagian utara yang biasanya kering.

Di Sudan, banjir pada akhir Agustus menewaskan sedikitnya 132 orang dan menghancurkan lebih dari 12.000 rumah. Menurut Haustein, peristiwa banjir ini kemungkinan memiliki jejak perubahan iklim. Saat suhu bumi meningkat, kemampuan atmosfer untuk menampung uap air juga meningkat, yang dapat menyebabkan musim hujan yang lebih basah dan banjir yang lebih parah.

Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami seberapa besar pengaruh perubahan iklim terhadap peristiwa banjir ini. Namun, Haustein memperingatkan bahwa setiap peristiwa cuaca dipengaruhi oleh perubahan iklim, dan kemungkinan terjadinya banjir akan semakin besar di masa mendatang.

Artikel terkait

Penumpang Diwajibkan Bayar Biaya Bahan Bakar Setelah Ganggu Penerbangan
Pelatihan Evakuasi Kru Lion Group: Mempersiapkan Diri untuk Situasi Darurat
Kasus Tragis: Ibu Serahkan Anak untuk Diperkosa di Sumenep
Pernyataan Mantan CEO Google dalam Kasus Antimonopoli
Faktor Penyebab Perundungan di Indonesia
Kapal Pesiar Carnival Spirit Menabrak Bongkahan Es di Alaska
Tampil Kece di Konser Bruno Mars: 6 Inspirasi Gaya yang Bisa Kamu Tiru
10 Aplikasi Download Film Android Terbaik untuk Menonton Offline
Manfaat dan Risiko Jus Daun Pepaya: Konsumsi dengan Bijak
Resep Sambal Terasi: Sensasi Pedas Gurih yang Menggugah Selera
Samsung Bespoke AI: Hidup Lebih Mudah dan Ramah Lingkungan dengan SmartThings
Fenomena Hijau di Gurun Sahara: Perubahan Iklim yang Mencolok