Memeriksa Ponsel Anak: Batas Antara Lindungi dan Overprotektif
Masa pubertas, fase di mana anak mengalami perubahan fisik dan emosional, juga diiringi dengan munculnya ketertarikan terhadap lawan jenis. Saat anak mulai merasakan ketertarikan ini dan berusaha mendekati lawan jenis, orangtua mungkin merasa penasaran dan ingin mengetahui lebih banyak. Namun, seringkali anak merasa malu untuk berbagi, sehingga beberapa orangtua memilih untuk memeriksa ponsel anak, termasuk pesan dan media sosialnya.
Memeriksa Ponsel Anak: Batas Antara Lindungi dan Overprotektif
Memeriksa ponsel anak saat memasuki masa pubertas, khususnya untuk melihat pesan dan media sosial, memang menjadi dilema bagi orangtua. Apakah tindakan ini termasuk overprotektif? Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Rosdiana Setyaningrum, menjelaskan bahwa semuanya tergantung pada niat orangtua saat melihat isi ponsel anak.
“Sebenarnya, kita bisa tahu apakah kita bersikap overprotektif atau tidak,” ujar Rosdiana. Orangtua seringkali menyadari jika mereka merasa cemas berlebihan atau berpikir bahwa anaknya tidak boleh mengalami masalah, meskipun kadang mereka enggan mengakuinya. “Kadang, saat anak sedang naksir, orangtua melihat ponsel anak hanya untuk berdiskusi,” jelas Rosdiana. Mereka ingin memahami siapa yang disukai anak dan alasan di baliknya.
Memeriksa ponsel anak bukan tindakan yang salah, asalkan niat orangtua positif dan bertujuan untuk memahami anak lebih baik. Rosdiana menekankan pentingnya membangun komunikasi terbuka dan kepercayaan dengan anak. “Orangtua sebaiknya membangun kepercayaan dengan anak agar mereka merasa nyaman untuk berbagi perasaan dan pengalaman,” jelasnya.
Berbicara dengan anak tentang ketertarikan mereka pada lawan jenis dapat menjadi alternatif yang lebih baik daripada memeriksa ponsel mereka. “Orangtua dapat memeriksa ponsel anak untuk berdiskusi dan memahami dunia mereka, tanpa niat mencampuri urusan pribadi,” jelas Rosdiana.
Namun, rasa ingin melindungi anak yang berlebihan bisa berujung pada overprotektif. “Rasa lindungan yang wajar adalah hal yang wajar, tetapi harus disampaikan dengan cara yang tidak berlebihan,” tegas Rosdiana. Overproteksi bisa terlihat ketika orangtua merasa khawatir berlebihan dan melarang anak berhubungan dengan lawan jenis.
Rosdiana mengingatkan bahwa melindungi anak adalah naluri orangtua, namun penting untuk memastikan niat baik tersebut tidak berlebihan. “Melindungi itu wajar, tetapi menjadi tidak wajar jika dilakukan secara berlebihan,” tutupnya. Dengan memahami batasan ini, orangtua dapat mendukung perkembangan anak dengan cara yang sehat dan positif.