:strip_exif():quality(75)/medias/775/f36ee06e6bf1c6ab0ea924b3c704cc52.jpeg)
Pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang dinyatakan hilang kontak pada Senin, 29 Oktober 2018, pukul 06.33 WIB. Kehilangan kontak terjadi sekitar 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta.
Penyebab Hilangnya Kontak
Investigasi lanjutan mengungkapkan penyebab hilangnya kontak pesawat Lion Air JT 610. Sistem penginderaan sudut serang (AOA) pada pesawat mengalami malfungsi, memberikan data yang salah kepada sistem kendali penerbangan.
Malfungsi AOA ini disebabkan oleh kesalahan kalibrasi sensor AOA yang tidak terdeteksi selama perawatan sebelumnya. Hal ini mengakibatkan sistem kendali penerbangan bereaksi secara tidak terduga.
Pilot dilaporkan berjuang melawan sistem kendali penerbangan yang bermasalah. Mereka mencoba berbagai prosedur untuk mengatasi masalah, namun upaya mereka gagal.
Data dari perekam data penerbangan (FDR) menunjukkan fluktuasi kecepatan dan ketinggian yang drastis sebelum pesawat jatuh. Kondisi ini mengindikasikan perjuangan pilot melawan sistem yang gagal.
Kegagalan sistem otomatis dan respon pilot yang terlambat terhadap situasi darurat diduga menjadi faktor penyebab kecelakaan. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengeluarkan laporan investigasi yang mendetail.
Laporan KNKT menyebutkan bahwa kurangnya pelatihan pilot dalam menangani malfungsi sistem merupakan faktor yang memperparah situasi. Perawatan yang tidak optimal juga menjadi sorotan utama.
"Kami menemukan beberapa kegagalan sistem yang berkontribusi pada kecelakaan ini," kata seorang pejabat KNKT dalam konferensi pers. "Ini termasuk malfungsi AOA, kurangnya pelatihan pilot yang memadai, dan juga perawatan yang kurang optimal."
Proses Penyelidikan dan Temuan
Proses pencarian dan penyelamatan melibatkan berbagai pihak, termasuk Basarnas, TNI AL, dan berbagai instansi terkait. Pencarian dilakukan di lokasi jatuhnya pesawat di perairan Karawang, Jawa Barat.
Puing-puing pesawat dan sejumlah jenazah korban berhasil ditemukan dan diidentifikasi. Proses identifikasi jenazah melibatkan tim forensik dan teknologi DNA.
Setelah beberapa waktu, kotak hitam pesawat, yaitu FDR dan CVR (Cockpit Voice Recorder), berhasil ditemukan. Data dari kotak hitam menjadi kunci utama dalam investigasi kecelakaan.
Data dari FDR dan CVR dianalisis secara cermat oleh tim investigasi KNKT. Analisis ini melibatkan ahli penerbangan dan teknisi dari berbagai negara.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pilot melakukan berbagai manuver untuk mengatasi masalah yang terjadi. Namun, upaya tersebut tidak berhasil mencegah kecelakaan.
Kesimpulan akhir dari investigasi menekankan pentingnya perawatan pesawat yang tepat, pelatihan pilot yang memadai, dan perbaikan sistem keselamatan penerbangan.
Tragedi Lion Air JT 610 menjadi pelajaran berharga bagi industri penerbangan dunia. Perbaikan prosedur dan sistem keselamatan penerbangan menjadi prioritas utama.