Penemuan Virus Baru di Peternakan Bulu di China Berpotensi Menular ke Manusia

Senin, 23 September 2024 20:45

Penelitian terbaru mengungkapkan adanya puluhan virus baru pada hewan di peternakan bulu di China, dengan beberapa di antaranya berisiko tinggi menular ke manusia, memicu kekhawatiran akan kemungkinan pandemi baru.

© copyright Anna Shvets - Pexels

Jakarta - Peneliti telah menemukan puluhan virus baru yang terdeteksi pada hewan di peternakan bulu di China, beberapa di antaranya berpotensi menular ke manusia. Sejak pandemi COVID-19, ilmuwan telah memperingatkan bahwa beternak mamalia seperti cerpelai untuk diambil bulunya dapat memfasilitasi perpindahan virus baru dari alam liar dan memicu wabah baru.

Ahli virologi Edward Holmes, yang memimpin penelitian tentang COVID-19 dan salah satu penulis studi terbaru mengenai bahaya virus di peternakan bulu, menyatakan bahwa industri ini dapat menjadi salah satu penyebab munculnya pandemi baru. "Secara pribadi, saya berpendapat bahwa industri peternakan bulu di seluruh dunia harus ditutup," ujarnya.

Tim peneliti yang dipimpin oleh ilmuwan China mengurutkan materi genetik dari sampel paru-paru dan usus 461 hewan, termasuk cerpelai, kelinci, rubah, dan anjing rakun, yang mati akibat penyakit antara tahun 2021 dan 2024. Sebagian besar hewan tersebut berasal dari peternakan bulu, sementara beberapa lainnya diternakkan untuk makanan atau obat tradisional. Sekitar 50 hewan berasal dari alam liar. Penelitian ini berhasil mendeteksi 125 virus, termasuk 36 virus baru.

Dari total tersebut, 39 virus memiliki "risiko tinggi" untuk menular antar spesies, termasuk kepada manusia. Beberapa virus seperti hepatitis E dan ensefalitis Jepang telah terbukti menular ke manusia, sementara 13 virus lainnya masih tergolong baru. Selain itu, beberapa jenis flu burung juga terdeteksi pada marmut, cerpelai, dan muskrat. Tujuh jenis virus corona ditemukan, namun tidak ada yang berkerabat dekat dengan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.

Dalam penelitian ini, para peneliti menyerukan peningkatan pengawasan terhadap hewan ternak berbulu, terutama cerpelai, anjing rakun, dan marmut, yang teridentifikasi memiliki virus dengan "risiko paling tinggi".

Artikel terkait

Tetes Garam Nasal: Solusi Efektif untuk Mengurangi Durasi Flu pada Anak
Cara Menikmati Nasi Putih Tanpa Meningkatkan Gula Darah
Manfaat Berjalan Dalam Keheningan untuk Kesehatan Mental
Pentingnya Mengawasi Kadar Kolesterol pada Anak
Manfaat Tidur Akhir Pekan untuk Kesehatan Jantung
Panduan Transportasi Aman untuk Ibu Hamil
Sayuran Kaya Kalsium untuk Kesehatan Tulang di Usia 50-an
Susu Ikan: Alternatif Menarik untuk Susu Sapi dalam Program Makan Bergizi
Pentingnya Suplementasi Vitamin D untuk Kesehatan
Cara Efektif Mengatasi Perut Buncit dan Menjaga Kesehatan
Langkah Awal Mencegah Ide Bunuh Diri Menurut Psikolog
Ejakulasi pada Wanita: Tanda dan Manfaat Kesehatan