:strip_exif():quality(75)/medias/2547/f80f63771aad70d2f82d7f657b70ec52.jpeg)
Masalah kesehatan mental pada remaja di Indonesia bagaikan gunung es, hanya sebagian kecil yang terlihat, sementara banyak kasus lainnya tersembunyi di balik permukaan. Remaja yang mengalami gangguan kesehatan mental rentan terhadap pengucilan sosial, diskriminasi, stigma negatif, kesulitan belajar, dan gangguan fisik.
Masalah Kesehatan Mental yang Tersembunyi
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan 1 dari 7 remaja berusia 10-19 tahun mengalami gangguan kesehatan mental. Sayangnya, sebagian besar kasus tidak terdeteksi dan tidak mendapat penanganan yang tepat. Hal ini diperparah oleh data Riskesdas 2018 yang menunjukkan bahwa dari 706.689 penduduk berusia 15 tahun ke atas yang mengalami depresi, hanya 9% yang mendapat akses pengobatan kesehatan jiwa.
Minimnya deteksi dan akses pengobatan kesehatan jiwa pada remaja disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, stigma negatif yang melekat pada gangguan jiwa, dan keterbatasan akses layanan kesehatan mental yang berkualitas di berbagai daerah di Indonesia.
Tanda-tanda yang Perlu Diwaspadai
Memahami tanda-tanda awal masalah kesehatan mental pada remaja sangat penting untuk deteksi dini dan penanganan yang tepat. Berikut beberapa tanda yang perlu diwaspadai:
- Perubahan Perilaku: Remaja mungkin menjadi lebih mudah marah, frustasi, kasar, dan menggunakan kata-kata kasar.
- Perubahan Mood: Suasana hati mereka berubah secara tiba-tiba, baik dalam waktu singkat maupun jangka panjang.
- Kesulitan Berkonsentrasi: Mereka sulit fokus atau memperhatikan dalam waktu lama.
- Penurunan Berat Badan: Penurunan berat badan drastis bisa menjadi tanda gangguan makan, stres, atau depresi.
- Menyakiti Diri Sendiri: Remaja mungkin merasa cemas, takut, dan ingin menyakiti diri sendiri, akibat dari kesulitan mengelola emosi dan menyalahkan diri sendiri.
- Masalah Kesehatan Fisik: Mereka mungkin mengalami sakit kepala atau sakit perut yang berkelanjutan.
- Perasaan yang Intens: Remaja mudah menangis, berteriak, atau merasa mual dengan intensitas tinggi di situasi tertentu, yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas, jantung berdebar, atau bernapas cepat, mengganggu aktivitas sehari-hari.
Deteksi Dini dengan Pemeriksaan Kesehatan Jiwa
Untuk mendeteksi gangguan kesehatan mental pada remaja, beberapa tes dapat dilakukan oleh tenaga profesional kesehatan jiwa:
- MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory): Digunakan untuk mendiagnosis penyakit kejiwaan seperti skizofrenia, depresi, atau gangguan kecemasan.
- PHQ-9 (Patient Health Questionnaire-9): Digunakan untuk mendeteksi depresi sejak dini, menilai tingkat keparahan depresi, dan memantau respons terhadap pengobatan.
- BDI (Beck Depression Inventory): Mirip dengan PHQ-9, digunakan untuk mengukur tingkat depresi dengan 21 pertanyaan pilihan ganda.
- STEPI (Schizophrenia Test and Early Psychosis Indicator): Digunakan untuk mengidentifikasi gejala skizofrenia.
- Yale-Brown Obsessive Compulsive Scale: Digunakan untuk mendiagnosis gangguan obsesif kompulsif (OCD).
Skrining kesehatan mental secara berkala sangat penting bagi remaja, terutama jika ada risiko mengalami gangguan mental. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater di rumah sakit terdekat jika diperlukan. Menangani masalah kesehatan mental sejak dini dapat meningkatkan peluang kesembuhan dan mencegah dampak negatif yang lebih serius di masa depan.