:strip_exif():quality(75)/medias/1309/8fca856e88c8d977c1a715fde85c06c8.jpeg)
Pandemi Covid-19 telah mengubah lanskap pekerjaan di seluruh dunia, mendorong banyak individu untuk beralih ke skema kerja dari rumah (WFH). Praktik ini, yang awalnya diimplementasikan sebagai langkah darurat, kini telah menjadi pilihan permanen bagi banyak perusahaan. Namun, di balik kenyamanan dan fleksibilitas yang ditawarkan, muncul pertanyaan penting: apakah WFH benar-benar berdampak positif terhadap kesehatan mental kita?
Menurut Jane Cindy Linardi, seorang psikolog di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Bintaro Jaya, WFH memang berperan penting dalam menjaga produktivitas selama masa pandemi. Namun, ia menekankan bahwa, seperti halnya mata uang, WFH memiliki dua sisi: sisi positif dan negatif yang perlu dipertimbangkan.
Sisi Terang WFH
WFH menawarkan sejumlah keuntungan yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas individu. Salah satu keuntungan utama adalah waktu luang yang lebih banyak. Dengan menghilangkan waktu yang dihabiskan untuk perjalanan, WFH memberikan kesempatan untuk mengejar aktivitas produktif lainnya atau sekadar bersantai, yang pada akhirnya dapat meningkatkan keseimbangan kerja-kehidupan.
Fleksibilitas adalah sisi lain yang menarik dari WFH. Para pekerja memiliki kebebasan untuk mengatur jam kerja dan kehidupan pribadi mereka sendiri, yang dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. Kebebasan ini memungkinkan mereka untuk mengatur jadwal kerja yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka, sehingga menciptakan lingkungan kerja yang lebih nyaman dan produktif.
Lingkungan kerja yang nyaman juga menjadi salah satu keuntungan yang signifikan dari WFH. Bekerja di rumah memberikan kesempatan untuk menciptakan ruang kerja yang sesuai dengan preferensi pribadi, jauh dari keramaian dan gangguan kantor. Atmosfer ini dapat meningkatkan fokus dan konsentrasi, sehingga mendorong produktivitas dan kreativitas.
Sisi Gelap WFH
Namun, seperti halnya sisi terang, WFH juga memiliki sisi gelap yang berpotensi berdampak negatif pada kesehatan mental. Salah satu dampak yang paling sering muncul adalah perasaan kesepian. Kurangnya interaksi sosial langsung dengan rekan kerja dapat berdampak buruk pada kesehatan mental, terutama bagi individu yang memiliki kepribadian ekstrovert dan membutuhkan interaksi langsung untuk merasa termotivasi dan terhubung.
WFH juga dapat menghadirkan tantangan dalam beradaptasi dengan struktur kerja yang lebih fleksibel. Beberapa orang mungkin membutuhkan lingkungan kerja yang terstruktur dan interaksi langsung dengan rekan kerja untuk bisa bekerja dengan efektif. Kurangnya struktur dan interaksi dapat menyebabkan kesulitan dalam berkonsentrasi dan menyelesaikan tugas, yang berujung pada peningkatan stres dan kelelahan.
Salah satu tantangan utama WFH adalah kesulitan memisahkan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Bekerja di rumah dapat membuat batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi kabur, menghilangkan waktu untuk keluarga dan kegiatan rekreasi. Kondisi ini dapat menyebabkan burnout dan kelelahan, mengakibatkan dampak negatif pada kesehatan mental dan kesejahteraan individu.
Jane menekankan bahwa WFH bukanlah solusi yang cocok untuk semua orang. Meskipun WFH dapat membantu beberapa orang mengatasi masalah kesehatan mental, bagi sebagian orang lainnya, WFH justru dapat memperburuk kondisi mental mereka. Oleh karena itu, penting untuk memahami kebutuhan masing-masing individu dan memberikan dukungan yang tepat agar WFH benar-benar bermanfaat untuk kesehatan mental.
Pada akhirnya, pilihan untuk bekerja dari rumah atau di kantor harus didasarkan pada kebutuhan individu dan preferensi mereka. Hal terpenting adalah memastikan bahwa lingkungan kerja, baik di rumah maupun di kantor, mendukung kesejahteraan mental dan memungkinkan individu untuk mencapai potensi terbaik mereka.