Travel

Rute Penerbangan Terganas: Waspada Turbulensi di Langit

Sebuah studi terbaru mengungkap rute penerbangan dengan tingkat turbulensi paling ekstrem di dunia. Insiden penerbangan Singapore Airlines SQ321 pada Mei 2024, yang mengakibatkan satu kematian dan banyak penumpang cedera akibat turbulensi parah, menjadi pengingat akan potensi bahaya yang mengintai di ketinggian.

Mengapa Turbulensi Terjadi?

Turbulensi, meskipun seringkali ringan, dapat disebabkan oleh berbagai faktor meteorologi. Kondisi atmosfer yang tidak stabil, seperti aliran jet dan gelombang gunung, kerap menjadi pemicu utama. Aliran jet, arus angin kencang di ketinggian 5-7 mil, menciptakan turbulensi yang signifikan. Begitu pula dengan penerbangan yang melintasi pegunungan tinggi, seperti Pegunungan Alpen dan Andes, yang rentan terhadap turbulensi gelombang gunung.

Aktivitas aliran jet yang intens di wilayah tertentu, misalnya di sekitar Lanzhou, Chengdu, dan Xianyang di China, berkontribusi pada tingginya angka turbulensi di rute-rute penerbangan di area tersebut. Hal ini menunjukkan adanya pola cuaca tertentu yang perlu diwaspadai oleh pilot dan maskapai.

Bagaimana Data Turbulensi Dikumpulkan?

Data turbulensi ini berasal dari analisis Turbli, sebuah situs prediksi turbulensi yang menganalisis sekitar 150.000 rute penerbangan. Analisis tersebut berfokus pada "tingkat disipasi pusaran udara" untuk menentukan tingkat keparahan turbulensi di setiap rute.

Metode pengukuran yang digunakan Turbli, meskipun belum dijelaskan secara detail, menghasilkan data yang cukup akurat untuk mengidentifikasi rute-rute berisiko tinggi. Data ini, meskipun berguna, tidak dapat sepenuhnya memprediksi setiap kejadian turbulensi yang tak terduga. Selalu ada kemungkinan turbulensi yang tidak terdeteksi sebelumnya.

Lima Rute Terparah Secara Global

Berdasarkan data Turbli tahun 2023, lima rute penerbangan dengan turbulensi terparah di dunia meliputi rute Milan (MXP) - Jenewa (GVA), Lanzhou (LHW) - Chengdu (CTU), Santiago (SCL) - Santa Cruz (VVI), Xianyang (XIY) - Chongqing (CKG), dan Osaka (KIX) - Sendai (SDJ). Rute Milan-Jenewa, misalnya, menggambarkan bahaya penerbangan di atas Pegunungan Alpen.

"Penerbangan melintasi Pegunungan Andes juga sering mengalami turbulensi gelombang pegunungan yang kuat," jelas Ignacio Gallego Marcos, pendiri Turbli. Hal ini menunjukkan korelasi yang kuat antara kondisi geografis dan tingkat turbulensi.

Lima Rute Terparah di Asia

Sementara itu, lima rute dengan turbulensi terparah di Asia meliputi Almaty (ALA) - Bishkek (FRU), Lanzhou (LHW) - Xianyang (XIY), Xianyang (XIY) - Chengdu (CTU), Osaka (KIX) - Fukuoka (FUK), dan Wuhan (WUH) - Xianyang (XIY). Kemiripan beberapa rute dalam daftar global dan Asia menunjukkan konsentrasi masalah turbulensi di wilayah tertentu.

Meskipun data Turbli memberikan gambaran yang berharga, penting untuk diingat bahwa informasi ini bersifat statistik dan tidak menjamin prediksi yang sempurna. Turbulensi masih tetap menjadi potensi bahaya dalam penerbangan, dan kewaspadaan tetap penting bagi para penumpang dan pilot.

Kesimpulan

Data turbulensi yang dikumpulkan oleh Turbli menyoroti rute-rute penerbangan dengan risiko tinggi. Informasi ini dapat membantu maskapai dan pilot dalam mempersiapkan diri dan mengambil langkah-langkah pencegahan, namun kewaspadaan tetap penting bagi semua pihak yang terlibat dalam penerbangan.