:strip_exif():quality(75)/medias/3582/3e00d2b33fc85eaf3f6ba14247185c4e.jpg)
Mobil otomatis seringkali dianggap lebih rewel dan komponennya kurang awet dibandingkan dengan mobil manual. Namun, anggapan ini tidak sepenuhnya benar, seperti yang diungkapkan oleh Freddy Karya, supervisor Dokter Mobil (Domo) Transmisi di Kelapa Gading, Jakarta.
Mitos Ketahanan Transmisi Otomatis
Freddy menceritakan pengalamannya di Surabaya, "Saya bertemu dengan pemilik Toyota Innova diesel 2011 (AT) yang telah menempuh jarak 680.000 km. Mobilnya mulai mengalami masalah dengan transmisi otomatis, seperti berat, sulit melaju, dan kehilangan tenaga. Padahal, pemiliknya mengaku tidak pernah melakukan servis pada transmisi, karena mobilnya digunakan untuk perjalanan jauh. Ini membuktikan bahwa komponen transmisi matik dapat bertahan hingga tiga kali lipat lebih lama dibandingkan dengan mobil manual."
Freddy menambahkan, "Mobil tersebut telah menempuh 600.000 km lebih dengan transmisi matik yang masih dalam kondisi baik, tanpa pernah dibongkar atau diganti. Bayangkan, mobil manual biasanya sudah mengganti kopling 3-4 kali dalam jangka waktu tersebut. Tentu saja cara mengemudi juga berpengaruh pada ketahanan transmisi."
Transmisi CVT: Ketahanan yang Berbeda
Namun, untuk transmisi matik tipe CVT, Freddy belum menemukan contoh yang mencapai jarak tempuh yang sama. "Saya belum pernah menemukan CVT yang bisa bertahan hingga 600.000 km. Namun, ada beberapa CVT yang masih dalam kondisi baik setelah menempuh jarak 200.000 km tanpa pernah dibongkar. Pemiliknya hanya rutin mengganti oli matik," ujar Freddy.
Perawatan yang Menentukan
Kesimpulannya, ketahanan transmisi matik tidak kalah dengan transmisi manual, bahkan bisa lebih awet. Namun, penting untuk melakukan perawatan rutin, seperti mengganti oli matik secara berkala, agar transmisi tetap bekerja dengan baik. Dengan perawatan yang tepat, mobil otomatis dapat memberikan pengalaman berkendara yang nyaman dan tahan lama.