:strip_exif():quality(75)/medias/826/7aa0784429e4395c30ee25d2b2e33962.jpeg)
Satu dari empat orang dewasa Jepang yang sudah menikah menemukan jodohnya melalui aplikasi kencan online. Metode ini semakin populer di kalangan generasi muda, seiring dengan menurunnya angka pernikahan dan kelahiran bayi.
Badan Anak dan Keluarga Jepang berencana meningkatkan kerja sama dengan sektor swasta untuk mempromosikan aplikasi kencan yang memenuhi pedoman keselamatan dan penggunaan yang tepat.
Sebuah survei daring yang melibatkan 20.000 responden pria dan wanita berusia 15 hingga 39 tahun menunjukkan bahwa 25,1 persen pasangan yang menikah dalam lima tahun terakhir bertemu melalui aplikasi kencan. Sementara itu, 20,5 persen bertemu melalui pekerjaan, 9,9 persen di sekolah, 9,1 persen melalui teman atau saudara, dan 5,2 persen di acara sosial.
Survei juga mengungkapkan bahwa 56,8 persen orang yang sudah menikah memiliki pengalaman menggunakan aplikasi kencan, dibandingkan dengan 26,8 persen individu yang belum menikah.
Laporan sementara dari panel di bawah Badan Anak dan Keluarga menyoroti popularitas aplikasi kencan di kalangan individu berusia 20-an, khususnya generasi Z yang lahir pada akhir 1990-an dan awal 2000-an. Mereka memandang aplikasi ini sebagai solusi efisien dari segi biaya dan waktu, serta menawarkan kenyamanan untuk terhubung kapan saja, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil.
Menurut data pemerintah, jumlah pasangan yang menikah pada tahun 2023 turun di bawah 500.000 untuk pertama kalinya dalam 90 tahun, mencapai 474.717, yang merupakan level terendah sejak Perang Dunia II. Hal ini menunjukkan bahwa krisis populasi semakin memburuk.