Lifestyle

Mengenal Peran Temperamen dan Gaya Pengasuhan dalam ADHD Anak

Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) merupakan tantangan tumbuh kembang yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk genetik dan lingkungan. Penelitian terbaru mengungkap bahwa gaya pengasuhan dan temperamen anak memiliki peran penting dalam munculnya ADHD.

Temperamen Anak: Pondasi Kepribadian dan Perilaku

Temperamen anak adalah sifat bawaan yang muncul sejak lahir dan membentuk pondasi kepribadian mereka. Temperamen menggambarkan gaya emosional anak dan bagaimana mereka beradaptasi dengan berbagai situasi dan lingkungan. Ada sembilan karakteristik utama temperamen anak, yaitu:

  1. Mudah Tidaknya Teralihkan: Seberapa mudah anak teralihkan dari aktivitasnya oleh hal-hal di sekitarnya?
  2. Ambang Sensori: Seberapa besar stimulasi yang dibutuhkan anak untuk bereaksi?
  3. Level Aktivitas: Seberapa aktif, bergerak, atau gelisah anak?
  4. Intensitas: Seberapa kuat reaksi anak terhadap situasi, baik positif maupun negatif?
  5. Rentang Perhatian: Seberapa baik anak mampu berkonsentrasi, dengan atau tanpa gangguan?
  6. Keteraturan: Seberapa teratur atau tidak teratur pola anak dalam hal makan, tidur, dan buang air besar?
  7. Pendekatan dan Penarikan: Bagaimana anak merespon situasi baru atau rangsangan, seperti orang, tempat, dan makanan?
  8. Kemampuan Adaptasi: Seberapa mudah anak beradaptasi dengan perubahan?
  9. Mood: Bagaimana kecenderungan perilaku dan ucapan anak?

Berdasarkan karakteristik tersebut, anak dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok:

Gaya Pengasuhan: Menjembatani Temperamen dan ADHD

Penelitian menunjukkan hubungan antara temperamen anak dengan ADHD, terutama pada anak dengan tingkat aktivitas fisik tinggi dan reaksi emosi intens. Anak-anak yang memiliki energi tinggi cenderung menunjukkan gejala ADHD yang lebih ringan seiring berjalannya waktu jika orang tua menggunakan pola asuh "direktif". "Direktif" tidak sama dengan mengontrol, malah sebaliknya. Pola asuh pengarahan berarti orang tua mendukung dan memberikan isyarat fisik dan verbal untuk membantu anak ketika dibutuhkan.

Orang tua dapat mengurangi risiko anak mengalami ADHD dengan mengajarkan mereka cara mengatur perilaku mereka sendiri. ADHD sangat terkait dengan perilaku impulsif, kurangnya perhatian, dan hiperaktivitas. Dengan membimbing anak sejak dini, mereka akan lebih siap menghadapi situasi baru, berbeda, atau yang menyebabkan stres di kemudian hari.

Meskipun tidak ada gaya pengasuhan yang dapat sepenuhnya mencegah ADHD, konsep "perancah" atau tiang penyangga diajukan oleh Dr. Henderson. Bayangkan membangun rumah. Anda membutuhkan perancah untuk menahan semuanya dan memberikan struktur. Saat rumah semakin kuat, perancahnya perlahan-lahan dilepas. Dalam pola asuh, orang tua berperan sebagai perancah dengan menawarkan bantuan, petunjuk, dan struktur ketika anak belajar keterampilan baru. Seiring anak menjadi lebih percaya diri, orang tua perlu mundur dan membiarkan anak mencoba sendiri.

Tujuannya adalah agar anak belajar mengatur dan mengontrol perilakunya sendiri. Mereka belajar menahan diri, berpikir, mengevaluasi, dan merencanakan tindakan selanjutnya. Misalnya, ketika anak belajar berinteraksi dengan teman baru. Pada awalnya, orang tua mungkin melatih anak cara berkenalan, memulai percakapan, dan topik pembicaraan. Seiring waktu, orang tua perlu menarik diri dan membiarkan anak menangani situasi sosial sendiri, namun tetap tersedia jika anak membutuhkan pendapat.

Di sisi lain, gaya pengasuhan seperti "helicopter parenting" dan pola asuh permisif, meskipun berbeda, juga dapat menghambat kemampuan anak untuk menyelesaikan masalah sendiri. Anak-anak yang terus-menerus diawasi atau diberikan kebebasan yang berlebihan tidak memiliki batasan yang jelas, rasa percaya diri, dan kemampuan untuk mengatur emosi dan perilaku, yang berhubungan dengan gangguan ADHD.

Ingatlah bahwa setiap anak unik. Apa yang cocok untuk satu anak belum tentu berhasil untuk anak lainnya. Sebagai orang tua, jangan terlalu terpaku pada satu gaya pengasuhan saja jika tidak berhasil. Jika anak menunjukkan perilaku seperti ADHD, ini belum tentu berarti mereka akan didiagnosis ADHD di masa depan. Mungkin ini hanya berarti saatnya untuk menyesuaikan pola asuh sesuai dengan temperamen anak.