Lifestyle

Generasi Z dan Kurangnya Etika: Tantangan Baru bagi Orang Tua dan Perkembangan Teknologi

Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, sering menjadi objek pembahasan mengenai etika dan nilai sosial. Fenomena ini tidak terlepas dari peranan orang tua dalam mendidik anak dan pengaruh teknologi yang semakin mendalam dalam kehidupan mereka.

Perubahan Pola Asuh dan Dampaknya pada Etika Anak

Perubahan kondisi ekonomi yang signifikan menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pola asuh anak. Erwin Parengkuan, pendiri dan CEO TALKINC, mengungkapkan bahwa di masa lalu, dengan hanya satu orang tua yang bekerja, orang tua yang lain dapat fokus mendidik anak. Hal ini memungkinkan anak-anak menerima pendidikan etika yang lebih baik.

Namun, di era sekarang, banyak keluarga di mana kedua orang tua harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan. Akibatnya, pengawasan dan pengasuhan langsung terhadap anak berkurang.

"Pengasuhan oleh orang lain membuat anak tidak mendapatkan pola asuh terbaik dari orangtuanya. Pendidikan etika pun seringkali tidak efektif," ujar Erwin.

Rhenald Kasali, Guru Besar Universitas Indonesia dan pendiri Rumah Perubahan, sependapat dengan Erwin. Ia menekankan pentingnya peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai kepada anak.

"Banyak orang tua menganggap mudah untuk menitipkan anak sehari-hari pada orang lain karena tidak punya waktu mengurusnya di rumah. Ini membuat banyak anak berperilaku tidak baik," ungkap Rhenald.

Anak-anak yang tidak diajarkan untuk menghormati orang tua akan tumbuh tanpa rasa hormat. Mereka cenderung menjadi "seenaknya" dan sulit diatur.

Solusi: Prioritaskan Waktu untuk Anak

Rhenald menyarankan orang tua untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk anak di tengah kesibukan mereka.

"Misalnya, dengan mengorbankan karir untuk punya waktu bersama anak, untuk mengajarkan membaca, berbicara tentang etika, etika kerja, dan disiplin," jelas Rhenald.

Teknologi: Pedang Bermata Dua

Perkembangan teknologi, terutama media sosial, juga memainkan peran penting dalam kurangnya etika di kalangan anak muda. Erwin mencontohkan, banyak pengguna akun media sosial merasa bebas menghujat atau menghina orang lain tanpa mempertimbangkan dampaknya.

"Ketika anak-anak yang tidak diajarkan etika terjun ke dunia media sosial, mereka menjadi netizen julid dan memengaruhi orang seusianya untuk bersikap serupa," ujar Erwin.

Dampak pada Etika Kerja Generasi Z

Kurangnya etika dalam berinteraksi di media sosial juga berdampak pada etika anak-anak Gen Z di dunia kerja. Erwin mencontohkan, "Kenapa kalau masuk lift ketemu bos, mereka tidak menyapa? Karena berpikir, 'buat apa menegur, kan gue lagi dengarin musik'."

Kesimpulan: Membangun Etika Generasi Z

Kurangnya etika pada generasi Z dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk perubahan kondisi ekonomi yang membuat pola asuh orang tua berubah, dan perkembangan teknologi yang memudahkan penyebaran perilaku tidak beretika.

Orang tua memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai etika kepada anak-anak mereka. Mereka perlu meluangkan waktu untuk anak, mengajarkan mereka tentang etika, dan menjadi contoh yang baik.