Deteksi Dini Hipotiroid Kongenital: Selamatkan Otak Anak Indonesia
Skrining hipotiroid kongenital merupakan langkah krusial dalam memastikan perkembangan anak yang optimal. Skrining ini menjadi pintu gerbang bagi orang tua untuk mendeteksi kemungkinan hipotiroid kongenital pada bayi mereka. Hal ini penting mengingat hipotiroid kongenital yang tidak tertangani dapat berdampak serius pada perkembangan otak anak, bahkan menyebabkan gangguan belajar dan IQ yang rendah. "Kita perlu menyelamatkan otak anak-anak kita," tegas Dokter Aman Bhakti Pulungan, Direktur Eksekutif Asosiasi Pediatri Internasional. "Bayangkan, berapa banyak anak di Indonesia yang memiliki IQ di bawah 70 atau 80? Kondisi ini bisa parah atau ringan, tapi tetap membutuhkan pengobatan."
Pentingnya Hormon Tiroid untuk Perkembangan Anak
Hormon tiroid, yang diproduksi oleh kelenjar tiroid, berperan vital dalam mengatur berbagai fungsi tubuh, termasuk metabolisme, detak jantung, suhu tubuh, reproduksi sel, dan pertumbuhan fisik dan mental, terutama pada anak-anak. Hormon ini berfungsi sebagai pengantar sinyal ke jaringan saraf, sehingga sangat penting untuk perkembangan otak. Kekurangan hormon tiroid dapat berakibat fatal pada anak, menyebabkan respon lambat, kelemahan jantung, anemia, gerakan kaku, dan gangguan perkembangan lainnya. "Bayangkan, jika seorang anak kekurangan hormon tiroid, dia akan lambat dalam merespons ucapan kita, jantungnya melemah, mengalami anemia, gerakannya kaku seperti robot. Ini semua merupakan beban bagi anak," jelas Dokter Aman.
Skrining Hipotiroid Kongenital: Tidak Hanya untuk Bayi Baru Lahir
Pentingnya skrining hipotiroid kongenital tidak hanya terfokus pada bayi baru lahir, tetapi juga pada kelompok berisiko. Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono, menekankan perlunya skrining ini sebagai langkah pencegahan terhadap gangguan tiroid, terutama hipotiroid, yang seringkali tidak menunjukkan gejala. Selain itu, studi menunjukkan bahwa 50% orang memiliki benjolan di kelenjar tiroid. "Meskipun sebagian besar benjolan tiroid jinak, 5-10% di antaranya bersifat ganas. Studi lain pada mayat juga menunjukkan adanya benjolan di kelenjar tiroid, meskipun sebagian besar bersifat jinak," tambah Wakil Menteri Dante.