Bali, Destinasi Konferensi Favorit dengan Akses Mudah dan Ekosistem Lengkap
Bali telah menjadi tujuan favorit untuk penyelenggaraan konferensi penting, baik di tingkat nasional maupun internasional. Pulau Dewata ini telah sukses menyelenggarakan berbagai acara besar seperti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT), Pertemuan Menteri Pariwisata, Konferensi PBB tentang Pemberdayaan Perempuan dalam Pariwisata di Asia, dan yang terbaru, Forum Air Dunia. Keberhasilan Bali dalam menjadi tuan rumah berbagai konferensi internasional menarik perhatian dunia dan mengukuhkan posisinya sebagai destinasi MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) yang mumpuni.
Mengapa Bali Menjadi Pilihan Utama untuk Konferensi?
Keunggulan Bali sebagai destinasi konferensi tidak terlepas dari beberapa faktor kunci. Nia Niscaya, Ahli Utama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), menjelaskan bahwa Bali sangat diminati oleh pengunjung dari berbagai negara untuk acara MICE. "Bali telah menjadi pilihan utama karena permintaan yang tinggi untuk penyelenggaraan acara MICE," ujar Nia dalam acara Weekly Brief with Sandi Uno.
Salah satu faktor utama adalah akses udara yang mudah. Banyak bandara di seluruh dunia terhubung langsung dengan Bali, sehingga peserta konferensi tidak perlu melakukan banyak transit. "Mereka ingin terbang langsung tanpa banyak transit, dan Bali memiliki akses tersebut," tambah Nia.
Selain akses udara yang mudah, Bali juga memiliki ekosistem yang lengkap untuk mendukung penyelenggaraan konferensi. Mulai dari tempat (venue), akomodasi, hingga fasilitas seperti layar LED, semuanya tersedia dengan mudah. "Bali memiliki tempat dan infrastruktur pendukung yang lengkap untuk acara MICE. Venue yang beragam, akomodasi, hingga fasilitas pendukung seperti layar LED semuanya tersedia dengan mudah," tambah Nia.
Nia menekankan pentingnya dukungan infrastruktur yang kuat seperti keamanan, rumah sakit, dan aksesibilitas, yang semakin memperkuat citra Bali sebagai lokasi konferensi. "Infrastruktur yang kuat seperti keamanan, rumah sakit, dan aksesibilitas juga menjadi faktor penting yang mendukung Bali sebagai lokasi konferensi," jelas Nia.
Daya tarik wisata Bali juga menjadi magnet bagi banyak orang. Peserta konferensi sering memilih untuk tinggal lebih lama untuk menikmati keindahan alam dan budaya pulau ini. "Bali memiliki daya tarik wisata yang kuat, sehingga peserta konferensi seringkali memilih untuk tinggal lebih lama menikmati keindahan alam dan budaya pulau ini. Mereka dapat menikmati keindahan alam Bali dan budayanya setelah mengikuti konferensi," ujar Nia.
Namun, Nia mengakui adanya penumpukan wisatawan, terutama di bagian Selatan Bali. "Kita semua tahu bahwa masalahnya adalah konsentrasi wisatawan yang terlalu tinggi di Selatan. Oleh karena itu, Kemenparekraf telah mulai mempromosikan destinasi di Bali yang lebih sepi," tutupnya.
Meskipun menghadapi tantangan penumpukan wisatawan di wilayah tertentu, Bali tetap menjadi destinasi yang digemari untuk konferensi dan acara MICE. Pemerintah dan stakeholder terkait terus berupaya untuk meningkatkan kualitas layanan, mengelola arus wisatawan, dan mempromosikan destinasi lain di Bali untuk menciptakan keseimbangan dan pengalaman yang lebih baik bagi wisatawan.