Generasi Z dan Milenial: Terjebak 'Doom Spending', Tantangan Finansial, dan Masa Depan yang Tak Pasti

Kamis, 3 April 2025 19:06

Generasi Z dan Milenial dihadapkan pada tantangan finansial yang semakin besar, mendorong mereka untuk berbelanja impulsif sebagai bentuk pelarian dari ketakutan dan ketidakpastian ekonomi. Fenomena ini, yang dikenal sebagai 'doom spending', bisa menjadi jebakan berbahaya yang menggerogoti kondisi finansial mereka di masa depan. Artikel ini membahas penyebab 'doom spending', dampaknya pada kondisi finansial, dan tips untuk mengatasi kebiasaan boros.

illustration Doom Spending © copyright Ivan Samkov - Pexels

Generasi Z dan Milenial, dua kelompok usia yang dihadapkan pada realita ekonomi yang menantang, seringkali merasakan tekanan finansial yang mendorong mereka pada kebiasaan boros. Perasaan pesimis tentang masa depan dan kondisi ekonomi yang tidak menentu membuat mereka mudah tergoda untuk berbelanja impulsif sebagai bentuk pelarian. Fenomena ini, yang dikenal sebagai 'doom spending', bisa menjadi jebakan berbahaya yang menggerogoti kondisi finansial mereka di masa depan.

'Doom Spending': Pelarian dari Kecemasan dan Ketakutan

Ylva Baeckstrom, dosen senior keuangan di King's Business School, menggambarkan 'doom spending' sebagai kebiasaan yang tidak sehat dan berisiko. Paparan berita buruk di media sosial, yang seringkali dipenuhi dengan informasi tentang krisis ekonomi dan ketidakpastian politik, dapat memicu perasaan cemas dan ketakutan akan masa depan. Kecemasan ini kemudian dilampiaskan melalui belanja impulsif. Baeckstrom menjelaskan, "Anak muda ini merasa seperti dunia akan kiamat. Mereka kemudian menerjemahkan perasaan buruk tersebut menjadi kebiasaan belanja yang buruk."

Siklus 'doom spending' ini memperlihatkan bagaimana tekanan psikologis dapat berdampak negatif pada perilaku finansial. Generasi Z dan Milenial, yang tumbuh di era informasi yang cepat dan penuh fluktuasi, merasakan beban yang berat untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi. 'Doom spending' menjadi cara mereka untuk mencari kepuasan instan dan mengendalikan sedikit hal dalam hidup mereka yang terasa tak menentu.

Generasi yang Menghadapi Tantangan Finansial Lebih Besar

Survei Keamanan Finansial Internasional Your Money CNBC mengungkap fakta bahwa 36,5% orang dewasa di dunia merasa lebih baik secara finansial daripada orang tua mereka, sementara 42,8% lainnya merasa lebih buruk. Data ini menunjukkan bahwa generasi muda menghadapi tantangan finansial yang lebih besar dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Baeckstrom menegaskan, "Generasi yang tumbuh sekarang adalah generasi pertama yang akan lebih miskin daripada orang tua mereka. Mereka merasakan ketidakmampuan untuk mencapai kesuksesan finansial yang sama seperti orang tua mereka."

Ketidakmampuan untuk mencapai standar hidup yang sama seperti orang tua mereka menjadi faktor utama yang memicu 'doom spending'. Generasi Z dan Milenial merasa terbebani oleh ekspektasi untuk mencapai kesuksesan finansial yang sulit diwujudkan dalam konteks ekonomi global yang semakin kompleks. Tekanan untuk mencapai kesuksesan dan hidup nyaman di tengah ketidakpastian ekonomi membuat mereka mencari pelarian melalui belanja impulsif.

'Doom Spending': Membangun Ilusi Kendali dan Memperburuk Kondisi Finansial

Belanja impulsif, meskipun memberikan sedikit kepuasan sesaat, menciptakan ilusi kendali dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti. Namun, kebiasaan ini justru dapat merugikan masa depan mereka. Baeckstrom menjelaskan, "Membelanjakan uang untuk hal-hal yang tidak penting membuat Anda kehilangan kendali atas masa depan. Simpan uang dan investasikan, dan Anda mungkin bisa membeli rumah di masa depan."

Ilusi kendali yang diciptakan oleh 'doom spending' sesungguhnya hanyalah jebakan yang mengarah pada kondisi finansial yang lebih buruk. Kebiasaan ini bukan solusi jangka panjang, melainkan hanya pelarian sementara dari realita. Mengelola keuangan dengan bijak, menabung, dan berinvestasi, akan memberikan fondasi yang lebih kuat untuk mencapai tujuan finansial jangka panjang.

Rasa Ingin Melarikan Diri dan Tekanan Sosial

Daivik Goel, pendiri startup asal Silicon Valley, mengungkapkan pengalaman pribadinya dengan 'doom spending'. Ia mengakui bahwa kebiasaan borosnya berawal dari rasa tidak puas dengan pekerjaan dan tekanan dari teman-temannya. "Semua itu hanya perasaan ingin melarikan diri," kata Goel. "Orang-orang menyadari bahwa menabung untuk membeli rumah akan memakan waktu lama. Jadi, menghabiskan uang untuk barang lain menjadi pilihan."

Pengalaman Goel menunjukkan bahwa 'doom spending' juga dapat dipicu oleh tekanan sosial. Generasi Z dan Milenial hidup dalam budaya konsumtif yang mendorong mereka untuk terus-menerus mengejar barang-barang baru dan pengalaman mewah. Tekanan untuk mengikuti tren dan gaya hidup tertentu dapat menjadi faktor pendorong 'doom spending' yang tidak disadari. Namun, Goel juga menyadari bahwa kebahagiaan dalam pekerjaan dapat mengubah pola pikirnya dan mengurangi kebiasaan boros.

Memahami Hubungan dengan Uang untuk Mengatasi 'Doom Spending'

Untuk mengatasi 'doom spending', Baeckstrom menekankan pentingnya memahami hubungan seseorang dengan uang. Hubungan ini terbentuk sejak masa kanak-kanak dan dapat mempengaruhi cara seseorang mengelola uang. "Jika Anda merasa aman dengan uang, Anda dapat membuat keputusan finansial yang baik," kata Baeckstrom. "Namun jika merasa tidak aman, Anda cenderung tergoda untuk berbelanja secara impulsif."

Ketidakamanan finansial, yang seringkali berakar dari pengalaman masa kanak-kanak, dapat menjadi faktor utama di balik 'doom spending'. Orang yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak stabil secara finansial cenderung mengalami kesulitan dalam mengelola uang dan membuat keputusan finansial yang rasional. Memahami asal-usul ketidakamanan finansial dan mengatasi masalah emosional yang terkait dengan uang dapat menjadi langkah penting untuk mengubah kebiasaan boros.

Tips Mengelola Uang Secara Bijak dan Menanggulangi 'Doom Spending'

Berikut beberapa tips untuk mengatasi 'doom spending' dan mengelola uang secara bijak:

  1. Berkonsultasi dengan ahli keuangan: Berdiskusi dengan ahli keuangan untuk mendapatkan saran dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan finansial Anda. Ahli keuangan dapat membantu Anda memahami kondisi finansial Anda, membuat rencana anggaran, dan mengembangkan strategi investasi yang tepat.
  2. Tingkatkan literasi keuangan: Pelajari cara mengelola uang dengan bijak, termasuk menabung, berinvestasi, dan merencanakan masa depan finansial. Mengatur anggaran, membangun tabungan darurat, dan memahami konsep dasar investasi dapat membantu Anda membuat keputusan finansial yang cerdas dan bertanggung jawab.
  3. Gunakan metode pembayaran tunai: Metode pembayaran non-tunai dapat mendorong pengeluaran impulsif karena kemudahannya. Hindari belanja online dan beli barang secara langsung di toko. Metode pembayaran tunai akan membuat Anda lebih sadar akan pengeluaran dan mendorong Anda untuk berpikir dua kali sebelum melakukan pembelian.
  4. Buat transaksi 'lebih nyata': Hindari belanja online dan beli barang secara langsung di toko. Belanja secara langsung di toko akan membuat Anda lebih sadar terhadap harga dan kualitas barang yang ingin Anda beli, dan Anda tidak akan tergoda oleh promosi dan diskon yang mudah diakses secara online.

Dengan memahami hubungan dengan uang, meningkatkan literasi keuangan, dan mengubah kebiasaan belanja, Generasi Z dan Milenial dapat mengatasi tantangan finansial, menyingkirkan 'doom spending', dan membangun masa depan yang lebih baik.

Artikel terkait

10 Destinasi Liburan Gen Z & Milenial di Tahun 2025: Petualangan, Pantai, dan Budaya
Generasi Z: Atasi Stres dengan Mindfulness dan Bina Kesehatan Mental
Baterai HP Boros? Atasi dengan 7 Tips Jitu Ini!
Waspada! Koleksi Tumbler Mahal Bisa Bikin Kantong Jebol
Rahasia Sukses Bisnis Bareng Pasangan: Tips Jitu Raih Keuntungan Maksimal
Generasi Z di Dunia Kerja: Tantangan Komunikasi yang Perlu Diatasi
Gen Z dan Milenial Terancam Jebakan 'Doom Spending' di Tengah Krisis Ekonomi
Menyewa Rumah, Pemborosan atau Investasi Cerdas? Pandangan Ramit Sethi
Rahasia Menarik dan Mempertahankan Generasi Z di Tempat Kerja
Generasi Z di Tempat Kerja: Tantangan Kesehatan Mental dan Solusi bagi Perusahaan
Mahasiswa UI Ajak Anak-Anak di Kampung Melati Belajar Menabung dengan Cara Kreatif
Generasi Z di Tempat Kerja: 8 Karakteristik yang Mengubah Dinamika