:strip_exif():quality(75)/medias/97/ce4166c0d0c4677ae05f3a656fb8f08c.jpeg)
Jakarta - Dokter spesialis dermatologi dr. Arlene Rainamira, SpDV, lulusan Universitas Indonesia, menjelaskan risiko kebotakan yang dapat dialami oleh pria dan wanita serta cara untuk meminimalkannya agar rambut tetap terawat dengan baik.
"Kebotakan bisa disebabkan oleh faktor genetik, baik pada pria maupun wanita," kata dr. Arlene saat ditemui di acara bincang-bincang di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis.
Kebotakan genetik sulit dihindari. Umumnya, pria mulai mengalami kebotakan di usia 30-an, sementara wanita di usia 30-40 tahun.
"Polanya bisa berbeda, mulai dari bagian depan, tengah, hingga akhirnya rambut semakin tipis dan bisa botak sepenuhnya," jelas Arlene.
Meskipun mengalami kebotakan, dr. Arlene menyarankan pasien untuk tetap merawat rambut secara rutin untuk mencegah masalah kesehatan rambut yang lebih serius.
"Rutinitas perawatan rambut tetap sama, gunakan sampo dengan cara dipijat lembut di kulit kepala, hindari menggosoknya," tambahnya.
Gunakan conditioner pada batang rambut dan masker rambut sesuai kebutuhan. Setelah keramas, keringkan rambut dengan handuk selama sekitar lima menit tanpa memeras atau menggosoknya.
Jika kebotakan sudah parah, dr. Arlene menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat, mulai dari obat hingga transplantasi rambut.
"Jika kebotakan sudah ekstrem, konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan perawatan khusus," ungkapnya.
"Terapinya bisa berupa obat, baik oles maupun minum, terapi cahaya rendah, suplemen, micro needling, PRP, dan yang terakhir adalah transplantasi," sambungnya.
Setiap perawatan memiliki risiko dan efek samping tertentu. Misalnya, obat yang tidak cocok dapat menyebabkan iritasi atau kemerahan, sementara transplantasi rambut berisiko infeksi jika kebersihan area transplantasi tidak terjaga.
Namun, dr. Arlene menekankan bahwa risiko ini dapat diminimalkan jika pasien mengikuti saran dokter dan rutin melakukan pemeriksaan. Hal ini penting untuk memantau efektivitas pengobatan kebotakan yang dijalani.
"Setiap kasus kebotakan akan dianalisis untuk menentukan langkah selanjutnya," tutup dr. Arlene.