:strip_exif():quality(75)/medias/13435/2bf34cbd501c4444452612945b4f01ac.jpeg)
Konsumsi gula dan garam yang berlebihan menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah mengeluarkan rekomendasi untuk membatasi asupan kedua zat tersebut guna mencegah berbagai penyakit kronis.
Tingginya angka konsumsi gula dan garam dipicu oleh gaya hidup modern yang serba praktis dan instan. Makanan olahan, minuman manis, serta camilan kemasan menjadi sumber utama asupan gula dan garam yang melebihi batas aman. Kurangnya kesadaran akan dampak buruk konsumsi berlebih juga menjadi faktor penting.
Bagaimana cara mengatasi masalah ini? WHO menyarankan agar kita secara aktif mengurangi asupan gula harian. Rekomendasi WHO menyebutkan bahwa asupan gula harian idealnya kurang dari 5% dari total kalori harian, atau sekitar 25 gram (6 sendok teh). Langkah praktisnya adalah mengurangi konsumsi minuman manis dan makanan penutup yang kaya gula.
Selain gula, garam juga menjadi perhatian utama. Data WHO menunjukkan bahwa rata-rata orang dewasa mengonsumsi garam hingga dua kali lipat dari rekomendasi harian. "Konsumsi garam berlebih sangat umum, bahkan secara global rata-rata orang dewasa mengonsumsi 10,78 gram per hari – dua kali lipat dari rekomendasi WHO!" Kondisi ini meningkatkan risiko berbagai penyakit, termasuk tekanan darah tinggi, obesitas, dan penyakit jantung.
Untuk mengurangi asupan garam, kita perlu memperhatikan label nutrisi pada makanan kemasan. WHO merekomendasikan asupan natrium kurang dari 2000 mg per hari, atau kurang dari 5 gram (kurang dari satu sendok teh). Memilih makanan segar dan memasak sendiri di rumah dapat membantu mengontrol jumlah garam yang dikonsumsi.
Penerapan pembatasan asupan garam perlu disesuaikan dengan kelompok umur. Untuk anak-anak usia 2-15 tahun, batasannya harus lebih rendah daripada rekomendasi untuk dewasa, disesuaikan dengan kebutuhan energi mereka. Sementara itu, bayi di bawah 24 bulan membutuhkan garam beryodium untuk mendukung perkembangan otak. "Untuk anak di bawah 24 bulan, pilihlah garam beryodium untuk mendukung perkembangan otak mereka. Ini penting untuk pertumbuhan dan kesehatan mereka."
Mengurangi konsumsi gula dan garam bukan berarti menghilangkannya sepenuhnya. Kita hanya perlu lebih bijak dalam memilih makanan dan minuman. Membaca label nutrisi, memilih makanan segar dan tidak olahan, serta memasak sendiri di rumah adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan.
Secara bertahap mengurangi konsumsi gula dan garam akan memberikan dampak positif bagi kesehatan. Dengan menerapkan pola makan sehat dan seimbang, kita dapat mencegah berbagai penyakit kronis dan menjaga kesehatan jangka panjang. Perubahan gaya hidup ini juga akan berdampak positif bagi keluarga dan generasi mendatang.
Langkah-langkah sederhana ini dapat dimulai dari rumah. Membiasakan keluarga untuk mengonsumsi makanan sehat dan mengurangi makanan olahan menjadi kunci utama. Pendidikan mengenai pentingnya pembatasan asupan gula dan garam juga perlu ditingkatkan agar masyarakat lebih aware.
Selain itu, dukungan dari pemerintah dan lembaga terkait juga sangat penting. Kampanye kesehatan publik yang masif dapat meningkatkan kesadaran masyarakat. Regulasi terhadap industri makanan olahan juga perlu diperketat agar produk yang beredar di pasaran sesuai dengan standar kesehatan yang telah ditetapkan.
Kesimpulannya, mengurangi konsumsi gula dan garam merupakan upaya penting untuk menjaga kesehatan. Dengan menerapkan rekomendasi WHO dan melakukan perubahan gaya hidup secara bertahap, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih sehat dan berkualitas.