Lifestyle

Toxic Relationship: Racun yang Merusak Jiwa dan Cara Mengatasinya

Hubungan toxic adalah hubungan yang tidak sehat dan merugikan, layaknya racun yang merusak tubuh, hubungan ini juga dapat meninggalkan luka dalam jiwa. Psikolog Vania Susanto menjelaskan bahwa hubungan toxic sepenuhnya berdampak negatif tanpa sedikit pun manfaat.

Dampak Hubungan Toxic

"Semua dampak dari hubungan toxic bersifat negatif, tanpa sedikit pun manfaat. Hubungan toxic berdampak buruk baik secara fisik maupun emosional," ungkap Vania dalam webinar "Psikologi Bangkit dari Toxic Relationship: Langkah Menuju Hubungan Sehat". Berikut ini beberapa dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh hubungan toxic:

  1. Kekerasan: Dalam hubungan toxic, pelaku merasa memiliki kontrol dan kuasa atas korban, yang dapat berujung pada kekerasan fisik, seperti cedera dan luka. Selain itu, kekerasan verbal seperti ejekan dan hinaan juga dapat terjadi. Kekerasan dalam hubungan toxic biasanya berulang dan berdampak buruk secara emosional, bahkan menyebabkan trauma.

  2. Merasa Insecure dan Tidak Percaya Diri: Perilaku pelaku yang merendahkan, mengendalikan, mengkritik, dan menghina korban dapat menyebabkan korban merasa tidak berharga dan tidak layak dicintai. Hal ini dapat memicu rasa insecure dan ketidakpercayaan diri.

  3. Stres dan Kecemasan: Dampak buruk dari hubungan toxic dapat menyebabkan korban merasakan tekanan dan stres. Mereka menjadi cemas karena bergantung pada pasangan yang mudah berubah dan menyakiti. Stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan depresi, kecemasan berlebihan, dan gangguan kesehatan mental lainnya.

  4. Selalu Merasa Bersalah: Korban seringkali dimanipulasi dan dibuat merasa bersalah atas tindakan pelaku. Misalnya, ketika menolak permintaan pelaku, korban dituduh tidak mencintai. Hal ini membuat korban merasa bersalah atas hal yang sebenarnya bukan kesalahan mereka.

  5. Emosi Tidak Stabil: Hubungan toxic membuat korban merasakan ketidakstabilan emosi. Emosi mereka bergantung pada perilaku pelaku yang tak terduga. Pelaku bisa tiba-tiba bersikap romantis ("love bombing") yang membuat korban merasa bahagia, tapi bisa juga berubah menjadi marah dan menakutkan.

  6. Menutup Diri: Korban hubungan toxic cenderung menarik diri dari orang lain, termasuk keluarga, teman, dan rekan kerja. Mereka merasa hanya pelaku yang mengerti mereka, sehingga menghabiskan sebagian besar waktu bersama pelaku dan menjauh dari kehidupan sosial.

Jika kamu merasa berada dalam hubungan toxic, ingatlah bahwa kamu berhak untuk bahagia dan mendapatkan hubungan yang sehat. Jangan ragu untuk mencari bantuan dari orang terdekat, profesional, atau komunitas yang mendukung.