:strip_exif():quality(75)/medias/2024/45dbda61d646e390c0c8f0f5e853c0ff.jpeg)
Phuket, destinasi wisata ternama di Thailand, tengah menghadapi tantangan serius dalam mengelola sampah yang semakin menumpuk. Meningkatnya jumlah wisatawan pascapandemi mengakibatkan beban pengelolaan sampah di pulau ini meningkat tajam, melebihi kapasitas infrastruktur yang ada.
Lonjakan Wisatawan, Sampah Menumpuk
Pabrik pembuangan sampah di Phuket kini menampung 1.100 ton sampah setiap hari, angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2022 (742 ton) dan 2021 (961 ton). Wakil Gubernur Phuket, Norasak Suksomboon, mengungkapkan tantangan ini di Forum Kebijakan Pariwisata Antar-Pulau ke-25. Forum ini dihadiri oleh 150 pemimpin dan pembuat kebijakan pariwisata dari seluruh dunia, membahas masa depan pariwisata, isu keberlanjutan, dan strategi perubahan iklim.
Lonjakan wisatawan menjadi pemicu utama meningkatnya jumlah sampah. Tahun lalu, Phuket dikunjungi oleh 11 juta wisatawan, meningkat tajam dari 5,7 juta wisatawan pada tahun 2022. Jumlah penduduk tetap di Phuket mencapai 418.000 jiwa pada tahun 2021, belum termasuk pekerja dari provinsi dan negara lain yang menetap di pulau tersebut.
Sayangnya, infrastruktur pengelolaan sampah di Phuket belum siap menghadapi lonjakan wisatawan dan sampah. Pulau ini hanya memiliki satu insinerator yang dioperasikan oleh pemerintah kota, yang hanya mampu menangani sekitar 900 ton sampah per hari. Sampah yang melebihi kapasitas insinerator ini kemudian dibuang ke berbagai tempat pembuangan sampah di seluruh pulau.
Tantangan Pengelolaan Sampah
Departemen Pengendalian Polusi mencatat bahwa hanya 10% sampah Phuket yang didaur ulang. Sampah organik, yang mencapai 60% dari total sampah, menjadi masalah utama. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah kota meluncurkan uji coba bank sampah di komunitas Samakkee Samkong di Distrik Mueang awal tahun ini. Inisiatif ini bertujuan untuk mendorong daur ulang dan pengelolaan sampah yang lebih baik. Jika berhasil, program ini akan diperluas ke daerah lain.
Wakil Gubernur Norasak juga mengajak warga dan relawan untuk berpartisipasi dalam kampanye pengurangan sampah. Kampanye ini bertujuan untuk mengubah bahan organik menjadi kompos atau pembenah tanah, bukan membuangnya ke tempat pembuangan sampah. "Kita membutuhkan bantuan dari warga yang peduli lingkungan untuk mengatasi masalah ini langsung di depan pintu rumah mereka," ujar Norasak.
Dengan meningkatnya kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan, diharapkan Phuket dapat mengatasi krisis sampah ini dan menjadi contoh bagi destinasi wisata lainnya dalam menerapkan pengelolaan sampah yang berkelanjutan.