Ulasan Sepeda Lipat Titanium T Line Explore dari Brompton
"Wah, enteng banget ya," komentar Indry saat pertama kali menuntun sepeda Brompton T Line Explore keluar dari rumahnya di Cinere, Depok, pada pagi di awal September. Di usia 50 tahun, Indry adalah seorang pecinta sepeda yang sehari-hari menggunakannya untuk beraktivitas, termasuk pergi ke kantor.
Indry menempuh jarak hampir 20 kilometer dari rumahnya menuju kantornya di Palmerah, Jakarta Pusat, sehingga total perjalanan sehari mencapai 40 kilometer. Hari itu, ia mencoba T-Line Explore, sepeda terbaru dari pabrikan Inggris yang terbuat dari titanium. Varian Explore adalah yang tertinggi dari T-Line, dilengkapi dengan 12 percepatan dan berbobot 8,8 kilogram. Selain Explore, ada juga varian Urban dengan empat percepatan (7,9 kilogram) dan T-Line One yang hanya memiliki satu percepatan (7,45 kilogram).
Perbedaan bobot antara ketiga varian ini disebabkan oleh penggunaan sproket dan internal hub. Explore lebih berat karena memiliki empat sproket eksternal dan internal hub tiga percepatan. Sementara itu, Urban hanya menggunakan empat sproket, dan One menggunakan satu sproket. Perbedaan ini berpengaruh pada bobot sepeda.
Bagi Indry, yang biasa menggunakan sepeda Brompton "besi" enam kecepatan seberat sekitar 12 kilogram, beralih ke T-Line adalah sebuah kemewahan. "Selisihnya tidak jauh, tapi terasa sekali," katanya. Terutama saat melipat sepeda dan mengangkatnya ke ruang kerja. "Mengangkatnya jadi lebih mudah dan ringan," tambahnya.
Indry juga merasa lebih mudah berpindah jalur saat macet, dan dengan 12 percepatan pada varian Explore, perpindahan gigi terasa lebih halus. "Bromptonku terasa terbatas dalam perpindahan gigi, sedangkan ini lebih smooth," ungkapnya.
Andrew Ritchie, pencipta sepeda lipat Brompton, mengembangkan ide ini pada tahun 1975 untuk menciptakan sepeda yang nyaman untuk berpindah tempat. Hasilnya, hingga kini, Brompton menjadi sepeda lipat yang memungkinkan penggunanya untuk mengayuh, melipat, mendorong, dan mengangkat dengan praktis. Namun, sepeda berbahan besi bisa menjadi beban jika harus dijinjing dalam waktu lama.
Setelah tiga tahun riset, pada akhir 2021, Brompton memperkenalkan varian T Line yang terbuat dari titanium, dengan tujuan menciptakan sepeda lipat yang lebih ringan dan nyaman dibawa. Dalam kesempatan lain, kami juga mencoba T Line sebagai sepeda komuter, mengombinasikannya dengan MRT Jakarta. Kami mengayuh sejauh 5-6 kilometer menuju stasiun MRT Fatmawati, lalu turun di stasiun MRT Senayan, dan melanjutkan perjalanan sejauh tiga kilometer ke kantor.
Dengan T Line, sepeda dapat dibawa seperti sling bag menggunakan tali matras yoga, membuat pergerakan di dalam stasiun lebih mudah. Berat delapan kilogram terasa nyaman untuk disandang di bahu. Bagi pengguna Brompton "besi", perbedaan berat sekitar lima kilogram pada T Line adalah sebuah kemewahan, bukan hanya dalam hal harga, tetapi juga dalam kemudahan saat mengangkatnya.
Cita-cita Andrew Ritchie untuk menciptakan sepeda yang ringkas semakin terwujud dengan T Line. Dalam hal impresi berkendara, T Line mempertahankan semua fungsi sepeda Brompton konvensional. Material titanium pada rangka utama, dipadukan dengan seatpost, handlebar, dan fork berbahan karbon, membuat sepeda ini tetap kokoh di berbagai permukaan jalan.
"Kesannya mungkin sedikit kehilangan nuansa klasik, tapi terlihat lebih futuristik," ujar Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi. Desain modern terlihat dari bentuk fork pipih dan sambungan baru di tiap lipatan. Meskipun demikian, T Line tetap mempertahankan pengalaman berkendara khas Brompton, kini dengan bobot ultra ringan yang sangat nyaman.