Waspada Gejala Stres Tersembunyi yang Mirip Sakit Fisik
Stres seringkali tak menunjukkan tanda yang jelas. Kadang, perubahan perilaku seperti menarik diri atau kelelahan menjadi indikatornya. Namun, ada pula gejala stres yang hanya dirasakan penderitanya, mirip dengan penyakit fisik. Gejala inilah yang disebut sebagai tanda subyektif, sebuah peringatan dini gangguan kesehatan mental menurut Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH.
Memahami Gejala Stres yang Tak Kasat Mata
Tanda subyektif stres ini seringkali berupa gangguan fisik, yang oleh kalangan medis disebut psikosomatis. Hal ini menyulitkan orang lain untuk mengenali kondisi tersebut. "Tanda subyektif ini berat, sayangnya tak terlihat," jelas Dr. Ray. "Ini yang kita sebut psikosomatis." Gejalanya beragam dan seringkali disalahartikan sebagai penyakit fisik biasa.
Bagaimana stres dapat memicu gejala-gejala tersebut? Peningkatan hormon kortisol akibat stres menjadi kunci utama. Hormon ini mempercepat pergerakan usus, sehingga memicu ketidaknyamanan perut. Selain itu, kortisol juga meningkatkan produksi asam lambung, yang kemudian menimbulkan gejala menyerupai GERD (Gastroesophageal Reflux Disease), meskipun bukan GERD sesungguhnya.
Tidak hanya itu, kortisol juga memicu peningkatan adrenalin dan epinefrin. Peningkatan hormon-hormon ini dapat mengakibatkan sakit kepala dan pandangan kabur. Lebih lanjut, stres juga menyebabkan penyempitan pembuluh darah atau vasokonstriksi, sehingga meningkatkan tekanan darah. Kondisi ini dapat terjadi bahkan pada individu yang sebelumnya tidak memiliki riwayat hipertensi.
Beberapa gejala psikosomatis yang sering muncul akibat stres antara lain sakit perut berulang, gejala mirip GERD, tekanan darah tinggi, sakit kepala, dan pandangan kabur. Kondisi-kondisi ini seringkali luput dari perhatian karena terkesan sebagai masalah fisik biasa.
Sayangnya, banyak individu yang mengalami gejala-gejala ini cenderung mengabaikan faktor stres sebagai penyebab utamanya. Mereka mungkin akan langsung berkonsultasi dengan dokter dengan keluhan fisik seperti sakit perut atau tekanan darah tinggi tanpa menyadari kaitannya dengan kondisi psikologis mereka.
"Penyebabnya adalah stres psikologis dan emosional yang tinggi," tegas Dr. Ray. Oleh karena itu, penting untuk tidak mendiagnosis sendiri. Jika mengalami gejala-gejala tersebut, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan terarah.
Meskipun gejalanya mirip dengan penyakit fisik, penting untuk diingat bahwa stres dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kesehatan mental dan fisik secara menyeluruh. Dengan mengenali tanda-tanda stres dan mencari bantuan medis jika diperlukan, kita dapat mencegah komplikasi yang lebih serius.
Menangani stres secara efektif membutuhkan pendekatan holistik. Selain berkonsultasi dengan dokter, perubahan gaya hidup seperti olahraga teratur, pola makan sehat, dan cukup istirahat juga sangat dianjurkan. Teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga juga dapat membantu dalam mengelola stres dan meningkatkan kesejahteraan.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang gejala stres yang tersembunyi, kita dapat lebih waspada dan proaktif dalam menjaga kesehatan mental dan fisik. Ingatlah bahwa meminta bantuan bukan tanda kelemahan, tetapi sebuah langkah bijak dalam menjaga kesejahteraan diri.