Data Pribadi 6 Juta Wajib Pajak Indonesia Bocor, Bahaya Kebocoran Data Makin Mengganas
Kebocoran data telah menjadi ancaman serius di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Baru-baru ini, data pribadi milik 6 juta wajib pajak, termasuk Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dilaporkan diretas dan dijual di dark web dengan harga $10.000. Kejadian ini adalah bukti nyata betapa rentannya data pribadi kita dan menunjukkan pentingnya meningkatkan keamanan siber untuk melindungi diri dari ancaman tersebut.
Mengapa Kebocoran Data Menjadi Masalah Serius?
Kebocoran data bukan hanya sekadar kehilangan informasi pribadi. Dampaknya dapat meluas dan berbahaya, mengancam privasi, keamanan, dan bahkan finansial seseorang. Kejahatan siber seperti pencurian identitas, penipuan online, dan pemerasan dapat terjadi dengan mudah jika data pribadi jatuh ke tangan yang salah.
Dalam kasus data wajib pajak yang bocor, informasi sensitif seperti NPWP dapat disalahgunakan untuk berbagai kejahatan, termasuk penipuan pajak dan pencurian identitas. Para pelaku kejahatan dapat menggunakan data tersebut untuk membuka akun bank atas nama orang lain, melakukan transaksi ilegal, atau bahkan mencuri identitas untuk mendapatkan keuntungan finansial.
Bagaimana Kebocoran Data Terjadi?
Kebocoran data dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti kesalahan manusia, sistem keamanan yang lemah, atau serangan siber yang canggih. Data perusahaan dan individu dapat diretas melalui berbagai cara, termasuk phishing, malware, dan serangan brute force. Serangan phishing seringkali dilakukan dengan mengirimkan email atau pesan teks yang tampak sah, namun berisi tautan berbahaya yang mengarahkan ke situs web palsu.
Malware adalah perangkat lunak berbahaya yang dapat menginfeksi perangkat dan mencuri data pribadi. Serangan brute force melibatkan penggunaan program komputer untuk mencoba menebak kata sandi dengan mencoba berbagai kombinasi karakter secara berulang. Serangan siber yang semakin canggih dan terorganisir menjadikan pencegahan kebocoran data menjadi lebih sulit.
Data dari perusahaan keamanan siber, Surfshark, mengungkapkan bahwa sejak tahun 2004, lebih dari 60,9 miliar data telah terekspos di seluruh dunia. Angka ini mencakup berbagai informasi pribadi, seperti alamat email, nama, nomor telepon, dan kata sandi. Rata-rata, setiap alamat email yang bocor disertai dengan 2,5 data tambahan. Hal ini menunjukkan betapa besarnya skala kebocoran data yang terjadi di dunia, dan Indonesia tidak terkecuali.
Negara-Negara dengan Jumlah Kebocoran Data Terbanyak
Berikut adalah daftar 7 negara dengan jumlah kebocoran data terbanyak per 15 April 2024, berdasarkan data dari Surfshark:
- Amerika Serikat: Amerika Serikat menduduki peringkat teratas dengan lebih dari 12,5 miliar data bocor. Rata-rata, setiap warga Amerika telah kehilangan 37 titik data akibat pelanggaran siber sejak tahun 2004. Data yang paling sering bocor termasuk nama depan, nama belakang, dan kata sandi.
- Rusia: Rusia menempati posisi kedua dengan lebih dari 4,3 miliar data bocor. Data yang bocor termasuk nama depan, nomor telepon, nama belakang, dan kata sandi. Salah satu kasus besar di Rusia adalah penjualan data pribadi 60 juta pemegang kartu kredit Sberbank di pasar gelap online pada tahun 2019.
- Cina: Cina berada di peringkat ketiga dengan sekitar 2 miliar data bocor. Data yang paling sering bocor termasuk nama, alamat IP, nama pengguna, dan kata sandi. Salah satu insiden signifikan adalah kebocoran data 364 juta pengguna WeChat dan QQ pada Maret 2019.
- Prancis: Prancis mencatat lebih dari 1,4 miliar data bocor. Data yang sering terekspos di Prancis meliputi tanggal lahir, kata sandi enkripsi, nama pengguna, dan kata sandi. Serangan ransomware terhadap perusahaan asuransi AXA pada Mei 2021 adalah salah satu kasus terbesar.
- Brasil: Brasil mencatat lebih dari 1,2 miliar data bocor. Salah satu insiden terbesar terjadi pada tahun 2020, dengan terbukanya 243 juta data pribadi yang mencakup nama lengkap, alamat, dan nomor telepon.
- India: Di India, sekitar 1,2 miliar data terekspos, termasuk nama depan, nomor telepon, dan kata sandi. Beberapa perusahaan besar yang menjadi sasaran peretasan adalah Aadhaar, BigBasket, Air India, Dominos, dan State Bank of India.
- Inggris: Lebih dari 1,06 miliar data bocor di Inggris, termasuk nama, nama pengguna, dan kata sandi. Salah satu kasus terbesar adalah kebocoran data di Dixons Carphone yang kehilangan 14 juta catatan pribadi dan 5,6 juta informasi kartu pembayaran pada Juli 2017.
Melindungi Diri dari Kebocoran Data
Meskipun ancaman kebocoran data semakin besar, kita tidak perlu panik. Ada berbagai langkah yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dari risiko kebocoran data. Berikut beberapa tips yang dapat Anda ikuti:
- Gunakan kata sandi yang kuat dan unik untuk setiap akun online Anda. Hindari penggunaan kata sandi yang mudah ditebak, seperti tanggal lahir atau nama hewan peliharaan. Gunakan kombinasi huruf besar dan kecil, angka, dan simbol untuk membuat kata sandi yang sulit dipecahkan.
- Aktifkan autentikasi dua faktor (2FA) untuk akun Anda. 2FA menambahkan lapisan keamanan ekstra dengan meminta Anda memasukkan kode verifikasi yang dikirim ke perangkat Anda selain kata sandi.
- Berhati-hatilah saat mengklik tautan di email atau pesan teks yang tidak dikenal. Jangan pernah membuka tautan yang tidak Anda kenal atau mencurigakan. Selalu verifikasi sumbernya sebelum mengklik tautan.
- Selalu perbarui perangkat lunak dan sistem operasi Anda. Pembaruan perangkat lunak seringkali berisi perbaikan keamanan yang penting untuk melindungi perangkat Anda dari malware dan serangan siber.
- Bersikaplah waspada terhadap penipuan dan phishing. Jangan pernah memberikan informasi pribadi, seperti nomor kartu kredit atau kata sandi, melalui email atau pesan teks yang tidak dikenal.
- Hindari mengakses informasi pribadi di jaringan Wi-Fi publik. Jaringan Wi-Fi publik biasanya tidak aman dan mudah diretas. Jika Anda harus menggunakan jaringan Wi-Fi publik, gunakan VPN untuk melindungi data Anda.
- Perhatikan privasi Anda di media sosial. Berhati-hatilah tentang informasi yang Anda bagikan di media sosial dan siapa yang dapat melihatnya. Pertimbangkan untuk membatasi visibilitas informasi pribadi Anda.
- Teliti dan pilih platform digital yang mementingkan privasi dan keamanan data. Bacalah kebijakan privasi dari platform digital yang Anda gunakan sebelum memberikan informasi pribadi. Pilihlah platform yang memiliki kebijakan privasi yang kuat dan berinvestasi dalam keamanan data.
Dengan meningkatkan kesadaran dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita dapat mengurangi risiko kebocoran data dan melindungi data pribadi kita.