Pentingnya Memeriksa dan Mengganti Busi Motor Secara Berkala
Kondisi busi yang rusak atau aus dapat mempengaruhi performa mesin motor dan efisiensi bahan bakar. Sayangnya, banyak pengendara yang sering mengabaikan kondisi busi hingga motor mengalami masalah serius. Salah satu dampak utama dari busi yang tidak berfungsi dengan baik adalah peningkatan konsumsi bahan bakar. Penggunaan bahan bakar yang boros bisa menjadi indikasi bahwa busi sudah aus atau mengalami kerusakan.
Menurut Wahyu Budhi, Training Analyst PT Wahana Makmur Sejati, busi yang tidak optimal memengaruhi proses pembakaran di ruang mesin. "Busi yang rusak atau elektroda yang menipis menyebabkan pembakaran tidak sempurna, sehingga mesin membutuhkan lebih banyak bahan bakar untuk menghasilkan tenaga yang sama," ujarnya.
Kondisi ini tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga dapat memperpendek umur komponen mesin lainnya. Wahyu menambahkan, busi yang aus biasanya ditandai dengan munculnya kerak pada ujung elektroda. "Kerak ini merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna dan sering kali disebabkan oleh busi yang sudah kehilangan fungsinya. Jika dibiarkan, kerak tersebut dapat menghambat kinerja busi, sehingga konsumsi bahan bakar semakin meningkat."
Gejala lain dari busi yang rusak meliputi penurunan akselerasi dan mesin yang tidak stabil. "Pengendara sering merasakan motor brebet atau tarikan gas yang tidak responsif. Ini semua adalah efek dari busi yang tidak mampu memicu pembakaran dengan baik," tambahnya.
Untuk mencegah pemborosan bahan bakar dan menjaga performa motor, Wahyu merekomendasikan penggantian busi secara berkala setiap 8.000 kilometer atau sesuai rekomendasi pabrikan. "Banyak pengendara menunggu hingga motor benar-benar bermasalah, padahal tanda-tanda seperti mesin brebet atau konsumsi BBM yang meningkat sudah cukup menjadi alarm bahwa busi perlu diganti," jelasnya.
Dengan perawatan yang tepat, termasuk mengganti busi sesuai jadwal, pengendara dapat menghemat bahan bakar dan memastikan motor tetap dalam kondisi optimal.